Cobalah penggelitik otak sederhana berikut. Mampir ke situs ini, lantas tontonlah videonya.
Silakan. Saya tunggu.
Akan ada dua tim basket; hitam lawan putih. Kita akan diminta menghitung berapa jumlah operan yang dilakukan tim putih.
Cobalah.
Kalau sudah, tinggal turun ke tulisan di bawah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(Bagi yang belum, lebih baik coba dulu tonton videonya.
Akan jauh lebih mencerahkan. Percayalah.)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Oke. Berapa jumlah operannya? Antara 10-15?
Tapi, bagi yang benar-benar menghitung, apakah Anda memerhatikan ada orang berkostum beruang yang menari mundur?
Oh, ada kok. Di klipnya sendiri jelas terlihat. Dan jika Anda benar-benar menghitung operan tim putih, bisa jadi Anda tidak akan melihatnya.
Fenomena ini disebut kebutaan akibat tidak memerhatikan (inattentional blindness). Video iklan itu sendiri mengadopsi video penelitian yang digunakan Daniel Simmons dan Christopher Chabris. Bedanya, mereka menggunakan orang berkostum gorila. Profesor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire menunjukkan video tersebut kepada 400 orang. Hasilnya? Hanya sepuluh persen yang melihat gorila itu lewat.
Singkatnya, kalau perhatian kita terfokus pada satu hal, kita bisa terbutakan terhadap hal-hal lain.
Menurut saya, kebutaan ini bisa berlaku lebih umum. Jika kita terlalu fokus dalam mencari uang, misalnya, kita bisa buta terhadap hal-hal lain dalam kehidupan. Jika kita fokus pada kegagalan, kita bisa buta terhadap perbaikan diri dan pembelajaran yang kita dapatkan.
Padahal bisa jadi kunci kebahagiaan yang kita cari terletak pada beruang menari yang tidak kita lihat. Beruang ini bisa mencolok, bisa tidak; bisa juga berupa hal-hal kecil yang perlu kita lebih syukuri atau rayakan.
Jika kita terjebak dalam suatu rutinitas atau lingkaran yang membuat kita merasa terpuruk, cobalah gelitik pikiran sendiri. Berhentilah. Dan coba buka belenggu fokus kita.
Carilah beruang yang menari.