Ironis Karena Tidak Ada Yang Menganggapnya Ironis
Jumat ini (27 Maret 2009), daerah sekitar Gasibu Bandung mulai mengalami kemacetan. Penggalangan massa kampanye di area strategis ini memasuki periode puncak. Jumat adalah jadwal Partai Demokrat, Sabtu (28 Maret) PAN, dan Minggu (29 Maret) PKS.
Tidak ada hal baru. Massa masih berkumpul tanpa tujuan jelas disertai ingar-bingar. Yang penting mengenakan atau mengusung atribut partai (kaos, bendera, atau spanduk).
Entah mereka berkumpul murni karena mendukung atau ada tujuan lain. Yang jelas, kabar mengenai pembagian uang tetap ada walau masih simpang siur. Ada yang bilang Rp20 ribu per orang. Ada yang mengaku Rp50 ribu. Dan bukan hanya Partai Demokrat. PAN, Gerindra, dan Golkar pun disinyalir melakukan hal yang serupa. Daftar ini bisa memanjang.
Saat saya melewati kekisruhan sekitar Gasibu, saya sempat mengamati sebagian massa sudah bubar sebelum acara selesai. Sebagian di antaranya dengan khidmat melanggar peraturan lalu lintas (mengendarai motor tanpa menggunakan helm, melewati batas lajur jalan, atau duduk memenuhi atap bus). Sisanya masih nongkrong di Gasibu, mendengarkan satu grup musik yang menyanyikan lagu Iwan Fals dengan lantang, "Penguasa, penguasa... berilah hamba uang. Beri hamba uang!"
Dan tidak ada yang menganggapnya ironis.