Oleh-oleh dari Sekolah Tinggi Buddhi
Dalam acara workshop penulisan Flash Fiction kemarin (20 Juni 2006), muncul sesuatu yang menarik. Saya menunjukkan contoh flash fiction Hemingway, yang hanya terdiri dari dua kalimat:
Dijual: sepatu bayi bekas. Belum pernah dipakai.Saya kemudian menanyakan kepada para peserta, kira-kira apa cerita
yang tersembunyi di balik dua kalimat ini.
Sekumpulan siswa-siswi SMP menjawab, "Mungkin bosan dengan sepatunya. Makanya dijual."
Seorang bapak berpendapat, "Suaminya mandul."
Seorang ibu, yang kebetulan juga salah satu editor GPU, berkata, "Sang istri keguguran."
Pada saat itu, saya kembali mendapatkan pencerahan: bahwa memang karya tulisan itu dimaknai berbeda oleh para pembaca yang berlatar belakang berbeda.
Siswa-siswi SMP mungkin lebih sering bergelut dengan kebosanan. Sang bapak mungkin memiliki beberapa teman pria yang takut akan kemandulan. Sang ibu mungkin lebih akrab dengan kesedihan para perempuan yang keguguran. Semua ini memengaruhi cara mereka membaca dan mengapresiasi tulisan kita.
Karena itu, jika kita ingin mengarah satu golongan pembaca tertentu, kita perlu menyelami latar belakang mereka. Dan sebaliknya, kita perlu mengerti, bahwa jika kita tidak mengarah satu golongan pembaca secara spesifik, terimalah bahwa karya kita akan diterima sebagai makna yang berbeda-beda. Bisa jadi bukan seperti yang kita inginkan.
No comments:
Post a Comment