Setelah kena to(w)el oleh Vanya dan Wiwin, saya sempat menengok sejumlah besar blogger yang mengikuti meme ini. Dari sebagian yang saya amati, ada yang:
a) Melakukannya sambil mengeluh
b) Menulis daftar secara syarat, yang penting ngerjain "PR"
c) Membuat resolusi setinggi langit
d) Sasaran keberhasilan rendah atau tidak ada--karena sudah terbiasa jarang tercapai
Menurut saya, daripada kita mengerjakan sesuatu setengah hati (baik karena aturan yang tidak kita mengerti maupun kurang minat) lebih baik ubah saja. Bikinlah jadi sesuatu yang mau kita kerjakan sepenuh hati.
Karena itu, saya mengubah aturan meme ini semena-mena.
Yang dikasih PR harus mengetahui dan memahami peraturannya
Pertama-tama, ini bukan PR (Pekerjaan Rumah). Mau bikin apa nggak, terserah. Tapi kalau mau bikin, lakukanlah karena kita mau. Bukan karena terpaksa. Dan setiap orang yang menulis resolusi ini berhak mengubah aturan sesuai kemauannya. Yang penting senang.
Tulis 8 kebiasaan yang akan di-resolusi di tahun 2008
Jumlahnya bebas. Ngapain ngarang-ngarang resolusi demi mengejar kuota? Atau membatasi resolusi padahal masih pengin lebih banyak. Yang penting: resolusi itu benar-benar ingin kita capai. Bukan sekadar
ngimpi.
Ngawang-ngawang.
"Bagus juga kalau aku lebih kurus, ya?" pikir kita sambil mengemil sepuluh bungkus keripik kentang Lay's di sofa, nonton VCD bajakan Gray's Anatomy secara maraton. Terus nulis, "Menurunkan berat badan". Lantas melupakannya begitu saja. Tahun depan kopas tulisan ini untuk Resolusi 2009. Lantas Rewind dan Playback untuk tahun-tahun berikutnya.
Kalau emang gitu, mendingan untuk poin pertama tulis saja: "Gagal mencapai resolusi apa pun yang akan saya tulis setelah poin ini". Dengan itu, kita akan selalu berhasil mencapai minimal satu resolusi.
Lho, Man, bukannya lebih baik gantungkan cita-cita kita setinggi langit? Ya. Tapi sadar dikit dong: manusia mencapai bulan pun tidak dalam setahun. Misalkan tujuan hidup kita sedikit tinggi, seperti menguasai dunia. Ya tujuan jangka panjang itu dipecah-pecahlah menjadi sasaran per tahun. Tahun pertama, menggalang dukungan RT dulu. Tahun pertama, menggalang dukungan kelurahan. Bertahap.
Bahkan dalam dunia kreatif pun begitu. Bikinlah tahapan. Jangan langsung bikin resolusi, "Gua mau bikin film layar lebar sendiri" saat kita bahkan belum tahu skenario itu formatnya seperti apa. (Kecuali kalau kita punya jaringan toko buku besar yang siap bangkrut untuk mendanai film tersebut.)
Saat Quentin Tarantino bukan siapa-siapa, bayangkan saja ia tiba-tiba ngomong ke calon produser, "Gua mau bikin film tentang Uma Thurman pake jumpsuit kuning yang nyabet-nyabet orang pake katana."
Produsernya paling ngomong, "Gua ngerti. Gua juga dulu suka
ngegele."
Yang dikasih PR harus menyelesaikan PR dan harus diposting di blog masing-masing
Nggak usah. Lebih baik gunakan to(w)elan ini untuk merenung: apakah kita ingin benar-benar mencapai sesuatu dan bukan hanya
ngimpi? Lantas apakah kita punya kriteria spesifik untuk mengetahui apakah kita sudah benar-benar mencapainya?
Jujur saja. Kalau kita menuliskan, "Menjadi orang yang lebih baik", lebih baik langsung coret sekarang karena itu akan gagal. Lah, tahu dari mana kita bakal berhasil?
"Oh, tahun lalu waktu Adi pinjam uang, aku tolak. Tahun ini, aku kasih. Berarti aku lebih baik, ya?"
Lebih naif sih, mungkin.
Tambahkan sasaran jelas untuk resolusi, jadi kita tahu apakah kita berhasil atau gagal mencapainya. Daripada "Menjadi orang yang lebih sukses", misalnya, lebih baik tetapkan apa yang ingin kita capai: "Menggolkan dua proyek dengan klien baru buat perusahaan" atau "Membuka bisnis butik online dengan minimal rata-rata transaksi lima per bulan".
Di akhir pengerjaan PR ini tulis 8 orang kontak MP yang kamu pilih untuk menyelesaikan PR berikutnya
Setelah kita selesai menulis resolusi yang ingin kita capai, sampaikanlah pada sejumlah teman (bebas mau berapa pun) untuk mengingatkan kita. Dan ini berlaku dua arah. Kita juga bisa mengingatkan mereka. Karena dalam perjalanan, kita sering melupakan tujuan. Untuk inilah adanya teman. (Berbagi tujuan diri, selain kesenangan maupun kesedihan.)
Jangan lupa untuk meninggalkan pesan di private message, guestbook dan reply blog atau kalau perlu bikin message alert untuk mengingatkan mereka supaya menyelesaikan PR-nya masing-masing
Jangan lupa mengingatkan mereka untuk memanfaatkan ini demi kepentingan mereka. Mereka bisa menggunakannya sekadar senang-senang. Atau serius untuk merenung dan menentukan sasaran dalam hidup. Terserah. Yang penting, jangan setengah-setengah.
Dan jangan mengeluh. Neil Armstrong tidak menjadi astronot pertama yang menginjakkan kaki di bulan karena mengeluh, "Kenapa mereka nggak pilih monyet aja, sih? Terus, kenapa bulan? Emang ada apa di sana? Gersang gitu..."
Almarhum Steve Irwin juga tidak meraih sukses sebagai Crocodile Hunter karena senantiasa mengeluh, "Buaya lagi, buaya lagi... Sekali-kali aku disuruh menjinakkan cewek, kek."
Tulislah resolusi ini karena memang mau. Atau menyenangkan.
__________________
Berikut ini, adalah resolusi saya untuk tahun 2008 (1 Januari 2008 hingga 28 Desember 2008).
- Mengajukan satu naskah novel ke penerbit dan diterima untuk diterbitkan (walau penerbitannya bisa jadi baru tahun 2009).
- Menjadi pembicara tiga kali. Bentuk acara bebas, asalkan secara formal diminta oleh instansi berkait, bukan informal seperti tiba-tiba berdiri di tengah-tengah kantin dan berorasi tentang pentingnya membersihkan WC (walaupun ide ini sangat menggoda).
Update: Tercapai, terhitung April 2008.
- Membiasakan beraktivitas olahraga minimal sekali dalam seminggu. Bentuknya bebas. Yang penting debar jantung sempat naik hingga 10 detak per menit, dibandingkan saat kondisi normal. (Ya, itu--yang sedang kamu pikirkan--juga termasuk olahraga.)
Update: Per 9 Juni 2008, masih tercapai. Tujuh bulan dua minggu lagi.
- Menyelesaikan satu skrip (minimal second draft), yang tidak akan saya jelaskan detailnya. Cukup sudah atau belum.
- Merealisasikan satu proyek penulisan bersama mitra hidup saya, yang detailnya baru akan saya bagi kalau berhasil--kalau gagal ya tidak.
Update: Tercapai pada awal bulan Januari 2008. Keluar karena perbedaan idealisme pada awal bulan Februari 2008.
- Menyelesaikan draf awal satu buku humor, bisa fiksi atau nonfiksi. Dan bisa disatukan dengan poin resolusi (1).
- Mengantar Aza pada hari pertama ke sekolah (kalau emang akhirnya dia sekolah). Dan kalau tidak bisa, menggantikannya dengan menemani pada lima hari sekolah kapan pun pada tahun itu. Kalau Aza belum sekolah juga, ganti dengan menghabiskan lima hari bebas untuk melakukan aktivitas bersama nonelektronis. Dihitung satu hari saat lebih dari tiga jam intensif, pada tanggal yang sama.
Update: tercapai pada tanggal 14 Juli 2008. Catatan: seragam TK Aza tampak seperti seragam pelaut mini. Untunglah modelnya tidak mengacu Donal Bebek, sehingga paling tidak Aza masih memakai celana.
- Menghasilkan satu gol yang sah dalam permainan futsal dengan menggunakan tendangan atau sentuhan akhir kaki kiri. Agar lebih bisa tercapai, gol ini tidak harus ke gawang lawan. (Ya, kendali kaki kiri saya seburuk itu.)
Update: tercapai pada bulan Maret 2008. Masih ke gawang sendiri.
Teman-teman yang saya percaya untuk mengingatkan saya dalam mewujudkan resolusi ini (selain yang sudah menoel) adalah
Richoz,
Haris,
Umar,
Donna (mitra hidup juga teman, lah),
Mbak Poppy,
Sonny,
Paman Tyo,
Qiqi,
Om Roel,
Pak Ranger,
Bu Ranger, dan
Sandy.
Seandainya mereka membuat resolusi yang memang serius ingin mereka capai, saya pun akan balik menolong mereka. Baik dalam mengingatkan atau bantu melakukan, saat resolusinya cukup menarik. Misalnya: menghancurkan CPU pribadi dengan palu godam--langsung undang saya!
Anggaplah ini to(w)elan halus. Kasar juga boleh.