Humor untuk Wawancara
Kemarin pagi saya dibangunkan oleh dering telepon. Ternyata kakak saya menelepon dari Jakarta, "Dek! Tolong kasih aku dua joke dong untuk wawancara."
Ternyata organisasi yang diarah kakak saya biasanya menanyakan lelucon favorit para peserta wawancara kerja. Ide yang bagus, sebenarnya. Karena ini akan menunjukkan humor dan selera humor calon rekan kerja mereka. Berdasarkan pengalaman saya selama ini, humor dan selera humor adalah dua hal yang menyatukan tim.
Kenapa saya membedakan humor dan selera humor? Karena definisi humor adalah kualitas atau kandungan yang bisa menghibur atau membuat orang tertawa. Sebagai kualitas, humor ada yang baik dan buruk. Humor dalam hal ini seperti akal sehat. Ada pemahaman universal tentang humor. Tapi ada juga kalangan yang menikmati humor yang berbeda. Sebagaimana mereka memiliki akal sehat yang berbeda.
Sebagai contoh, pembantai abad pertengahan yang tertawa karena memenggal kepala-kepala orang tak berdaya menganggap itu humor. Namun itu humor yang berbeda dengan sebagian besar di antara kita. Sebagaimana akal sehat dia mungkin berbeda.
Namun, selera humor adalah hal yang sangat subjektif. Tidak ada baik atau buruk. Saat seseorang berkata bahwa mencari pasangan yang memiliki "selera humor yang baik" (a good sense of humor), yang dia maksud adalah selera humor yang sama dengannya.
Persepsi orang mengenai humor menghasilkan selera humor. Bukan sebaliknya.
Karena humor memerlukan objek untuk ditertawakan, kita juga jadi tahu sebagian prinsip orang melaluinya. Seperti kata Stevie Ray, dalam bukunya Medium-sized Book of Comedy, seseorang membutuhkan "izin" internal untuk tertawa. Saat kita melihat teman terjatuh, misalnya. Ada orang yang langsung tertawa. Ada juga yang membantunya dulu dan memastikan bahwa teman tersebut tidak apa-apa, baru bisa ketawa. Ini menunjukkan bahwa orang yang kedua memiliki izin yang lebih ketat untuk tertawa: sasaran tertawanya tidak boleh benar-benar terluka.
Contoh lain, misalnya artikel Fred Hiers yang dikutip di multiply Tanti. Dalam artikel tersebut, banyak orang yang memprotes lelucon yang dipasang di plang perusahaan Hercules Fence Co. Pesannya berbunyi antara lain, "Benda apa yang beroda empat dan berlalat? Mayat seorang cacat di kursi roda." Ini adalah satu dari rangkaian lelucon yang dipasang pemilik toko tiap Jumat karena menurutnya lucu.
Dari sini, kita bisa tahu apakah orang seperti itu cocok dengan organisasi kita atau tidak. Dan ini berlaku pada taraf yang lebih kecil. Lihatlah teman-teman kita. Umumnya, kita hanya berteman dengan orang-orang yang memiliki persepsi serupa tentang humor. Lantas, teman-teman terdekat kita—-bahkan pasangan kita—-bisa jadi memiliki selera humor yang serupa.
No comments:
Post a Comment