Friday, July 20, 2007

Menulis [Dunia Komedi]

Bambang Haryanto dari Komedikus Erektus menggelitik saya, "Apakah blog Anda sudah khusus membahas dunia komedi?"

Betul juga. Mengaku-aku penulis humor, tapi kok hampir nggak pernah membahas dunia komedi? Padahal materi penulisan humor saja sudah banyak yang berbeda dengan penulisan kreatif. Seperti semut bukanlah hanya serangga. Padahal itu baru menyentuh teknik.  

Karena itu, saya memperkenalkan tag baru: Dunia Komedi. Kalau selama ini saya menulis tentang komedi/humor dunia, kini saya membahas juga yang dunia komedi/humor; bidang yang diarungi orang-orang yang berusaha keras membuat orang tertawa, atau tewas dalam usaha mereka.

Dan saya tidak bercanda. 

Seperti ditulis Melvin Helitzer dalam Comedy Writing Secrets, pada sebagian besar situasi, membuat orang tertawa adalah kompetisi. Dengan menertawakan lelucon seseorang, kita mengakui keunggulan orang tersebut dalam membuat kita tergelak.

Perkecualiannya adalah pada apa yang disebut Stevie Ray, sebagai "tawa superioritas". Di sini berlaku kebalikannya, kita tertawa karena merasa lebih unggul daripada orang yang kita tertawakan. Seseorang menabrak pintu kaca, dan kita tertawa. Seorang heckler dibalas Chris Rock hingga gelagapan, kita tertawa. Lebih ekstrem lagi, raja-raja di Eropa Abad Pertengahan dulu menyuruh para jester untuk membuat mereka tertawa. Kalau gagal, dirajam. Kadang, saat seorang jester dirajam, ada raja yang tertawa. Berarti sang jester berhasil. Sayangnya, ia sudah tidak bisa merayakannya. Tawa sang raja ini termasuk tawa superioritas.

Karena posisinya yang di ambang tiang gantungan, jester bahkan sering ditunjuk sebagai pembawa berita buruk. Pada masa peperangan, saya bisa membayangkan seorang jester beringsut-ingsut menghadap rajanya, "Tahukah Baginda, mengapa musuh kita begitu pengecut?"

"Mengapa?" geram sang raja.

"Karena merekalah yang lebih dahulu bergerak meninggalkan tenda mereka," ujar sang jester. "Baru setelah itu, tentara kita yang gagah berani meninggalkan benteng terdepan kita."

Dunia komedi bukanlah semesta cerah-ceria. Sama saja seperti dunia penulisan bukanlah alam glamor seperti yang diduga banyak orang. Kita akan mengintip ranah penuh keputusasaan, tangis darah, penolakan, dan penyangkalan. Intinya, sama saja dengan dunia nyata. Bedanya hanya satu: para komedian menerima semua ini dengan menertawakannya.

Dan mengajak semua orang untuk melakukan hal yang sama.

No comments: