Teater Teks Improv: Ikuti Saja Aliran Cerita
Sebelumnya, saya pernah menyampaikan Teater Teks Improv sebagai permainan untuk melawan kebosanan menulis. Namun, seperti apakah praktik jelasnya?
Sederhana saja. Kumpulkan sejumlah penulis dalam satu text conference. Beri mereka satu kata atau frase kunci. Kemudian, mereka harus bergantian mementaskan cerita bersama-sama dalam bentuk tulisan. Tanpa diskusi cerita. Tanpa kesepakatan karakter. Dalam waktu sepuluh hingga lima belas menit.
Apa yang akan terjadi? Teater Teks Improv (TTI)! Terinspirasi oleh Teater Improv seperti Mother, TTI adalah wadah menyenangkan bagi para penulis yang ingin bersenang-senang dan tertawa bersama sambil menjalin cerita.
Dalam TTI, kita belajar untuk melepas kritik-diri yang terlalu mengungkung. Tidak apa-apa berbuat kesalahan dalam TTI karena yang penting "the show must go on", semua peserta akan saling mendukung agar pementasan terus berlanjut hingga selesai.
Sebagai contoh, dalam sebuah sesi TTI, ada salah tangkap antara penulis. Isman yang berperan sebagai Turis #1 menulis "dekat sumur". Dan Johan yang berperan sebagai Turis #2 salah baca, mengiranya "dalam sumur."
Apakah itu akan menghancurkan pentas? Sama sekali tidak. Silakan baca sendiri hasil transkripsinya di bawah. Dalam cerita ini, Alex memerankan Narator. Sementara Andi, sebagai penonton melontarkan frase kunci: Koin keberuntungan.
Narator:
Dua orang turis mendekati sebuah sumur keramat di daerah Wates. Mari kita dengarkan percakapan mereka.
Turis #1 melihat ada koin tergeletak di dekat sumur, dan langsung menginjaknya. Ia lantas bersiul-siul, sambil celinguk kanan-kiri.
Turis #2:
Mas, ngapain dalam sumur?
Turis #1:
(Kaget) Euh...
Olahraga! Saya dari Vanderstanikctan. Lompat ke dalam sumur adalah olahraga nasional kami.
Turis #2:
Oh... berapa kalori yang terbuang mas? Saya lagi dalam program diet.
Turis #1:
Tergantung berapa dalam sumurnya. Kalau lebih dari 100 meter, Anda tidak perlu khawatir akan masalah berat badan lagi.
Turis #2:
Wah benar, nih?
(Naik ke atas sumur.)
Duh, jadi lupa tadi mau ngapain.
Turis #1:
Mengangkat saya dari dalam sumur dulu ke luar sebelum mencoba sendiri?
Turis #2:
Tadi pas lompat gak mikirin cara keluarnya, yah?
(Mengulurkan tangannya.)
Mas... lihat koin saya, gak?
Turis #1:
Sebentar, itu apa, ya?
(Menunjuk ke angkasa.)
Turis #2:
Yang mana, Mas?
(Melihat ke angkasa.)
Pesawat?
Saat penolongnya menoleh, Turis #1 mengambil koin dan mengantunginya.
Turis #2 tidak menemukan apa-apa dan mengangkat bahu. Ia kembali mengulurkan tangannya, yang diterima Turis #1 dengan senang hati.
Saat Turis #2 berusaha menarik lawan bicaranya keluar sumur, ia terpeleset dan nyemplung juga, menimpa tubuh Turis #1 dengan keras.
Turis #1:
(Mengerang)
Oke, untunglah saya tidak perlu memerankan ini di dunia nyata.
Turis #2:
Mas, maaf Mas, ini bukti koin saya kalo hilang. Jadi sial terus... Gak papa, Mas?
Turis #1:
(Meringis) Nggak apa-apa.
Ngomong-ngomong, koinnya seperti apa, ya? Apa perak dengan lapis emas di pinggirnya?
Turis #2:
Sepertinya sih gitu, ada tulisan Cinanya gak, Mas?
Turis #1:
Kanji Cina yang berarti Keberuntungan bukan?
Turis #2:
Iya, yang itu!
Turis #1:
Kalau gitu seh, nggak pernah lihat.
Narator:
Hari pun semakin gelap seraya kedua orang itu menunggu di dalam sumur. Mereka sadar bahwa mereka harus keluar dari sumur itu secepatnya, tapi bagaimana?
Turis #2:
Duh, jangan-jangan masih di sini, bantuin cari dulu yah Mas, dah mulai gelap nih.
Turis #1:
Boleh! Tapi berhubung mulai gelap, bagaimana jika aku naik ke punggungmu, ke luar sumur dulu, terus cariin senter buat kita. Jadi bisa nyari semalaman, kan?
Turis #2:
Wah pinter idenya, boleh boleh...
(Membungkuk)
Mas, tengkyu yah, baek banget mau bantuin saya.
Turis #1:
Sama-sama!
Turis #1 menaiki punggung lawan bicaranya, meraih pinggir sumur dan naik. Setelah sampai di atas ia menoleh ke dalam.
Turis #1 (Cont'd):
Aku cari dulu senternya, ya? (Tersenyum sinis)
Eh, ngomong-ngomong, apa yang terjadi kalau koin keberuntunganmu di tangan orang lain?
Turis #2 tidak menjawab karena terlalu sibuk mencari-cari di dasar sumur.
Turis #1:
(Mengangkat bahu) Ya, apa pun, lah.
Semoga beruntung mencarinya!
Turis #1 melangkah pergi. Menyeringai lebar, ia melempar koin ke atas... dan tertabrak mobil.
Koin yang terlempar jatuh kembali ke sumur, tepat di hadapan Turis #2.
Turis #2:
Waah, untung aja koin saya ketemu, Mas! Kalau kepegang orang lain, kasihan orangnya. Bisa bawa sial.
(Mencoba mendengarkan jawaban yang tidak datang.)
Mas?
No comments:
Post a Comment