Sunday, July 15, 2007

Wawancara untuk Masuk TK?

Ya. Seorang teman akhir-akhir ini bercerita bahwa kala mendaftarkan anaknya ke sebuah TK, ada semacam sesi wawancara dengan para orangtua. Terlepas dari apakah gagasan ini jenius atau konyol (tergantung konsep dan pelaksanaannya), saya malah lebih khawatir membayangkan jika hal ini terjadi pada saya saat hendak mendaftarkan anak saya, Aza.

Karena wawancaranya kira-kira akan seperti begini;

Pewawancara: Apa Aza ada kebiasaan yang perlu kami ketahui? Terutama saat bergaul dengan anak lain?
Isman: Nggak ada yang istimewa, kok. Kecuali... euh, nggak ada, nggak ada sama sekali.

Pewawancara: Kecuali...?
Isman: Kecuali apa?

Pewawancara: Anda tadi bilang 'Kecuali...'?
Isman: Nggak ada apa-apa. Hanya hal kecil. Pasti tidak akan bermasalah.

Pewawancara: Kalau Bapak tidak bersedia memberitahukan, saya terpaksa menuliskan catatan di formulir ini.
Isman: Itu baik atau bagus?

Pewawancara: Itu buruk! Anda mau menjebak saya, ya?
Isman: Nggak, lah.

Pewawancara: Saya menunggu.
Isman: Ya, Aza itu senang melihat... euhm.

Pewawancara: Ya...?
Isman: Udel.

Pewawancara: Pusar?
Isman: Ya. Dia akan melompat-lompat girang sambil menunjuk-nunjuk, "Udel, udel, udel. Perut, perut, perut."

Pewawancara: Dan gaya bicaranya seperti nyanyi begitu?
Isman: Oh, iya. Kadang kalau saya masih handukan sehabis mandi dia akan menyanyikan lagu ciptaan sendiri. "Papih jangan pake baju... udel, udel, udel. Jangan pa... ke... ba... ju... Perut, perut, perut."

Pewawancara: Menarik. Apa dia hanya berbicara tentang udel dan perut?
Isman: Ehm...

Pewawancara: Pak... saya tulis nih.
Isman: Nggak. Nggak selalu. Kadang-kadang dia bilang penis.

Pewawancara: Penis!?
Isman: Atau payudara. Tergantung apa yang dia tunjuk. Sambil melompat-lompat.

Pewawancara: Anda mengajarkan apa padanya!?
Isman: Anatomi tubuh. Memangnya di sini alat kelamin laki-laki disebut apa? Unyil? Bujang? Burung?

Pewawancara: Euh. Memangnya kenapa kalau gitu?
Isman: Apa nggak menyesatkan tuh? Kalau Anda menganggap istilah medis sebagai sesuatu yang vulgar, bukannya nanti anak-anak pada ikut-ikutan?

Pewawancara: Ehem. Mari kembali berbicara tentang anak Anda, apakah Aza sadar bahwa beberapa bagian tubuh orang lain itu tidak untuk dilihat? Atau dibikin nyanyian?
Isman: Oh, dia sadar kok. Kami sudah menerangkan bahwa dia hanya boleh begitu pada Papih dan Mamihnya.

Pewawancara: Dan dia menurut?
Isman: Tentu saja. Walau...

Pewawancara: Teruskan...
Isman: Kadang ada perkecualian. Misalnya seperti sepupunya Karin yang berusia enam tahun menginap di rumah.

Pewawancara: Apa yang ia lakukan?
Isman: Ia nongkrong.

Pewawancara: Maaf, apa?
Isman: Ia jongkok di depan sepupunya dan menonton saat sedang mau pakai baju.

Pewawancara: Hanya menonton?
Isman: Euh, kadang ia menoelnya juga.

Pewawancara: Menoel!?
Isman: Sekadar keisengan bocah balita.

Pewawancara: Tentunya Anda sudah mengajarkan bahwa itu tidak baik diteruskan.
Isman: Tentu saja! Tentu saja. Sekarang ia sadar kok bahwa kalau seseorang berganti baju itu sebaiknya tidak dilihat orang lain.

Pewawancara: Bagus.
Isman: Seperti saat neneknya menginap di rumah dan mau berganti baju untuk ke kondangan, ia langsung menghalangi kami untuk mendekat ke kamar neneknya. "Ene mau ganti baju dulu, ya? Jangan dilihat." Dan ia pun menutup pintunya.

Pewawancara: Oh, itu bagus. Tapi saat dan setelah menutup pintu, Azanya di mana?
Isman: Euh, di dalam kamar neneknya.

Pewawancara: Saya rasa wawancaranya cukup sampai di sini. Kami akan menghubungi Anda.

(Dan dia tidak akan pernah menghubungi saya lagi.)

5 comments:

Anonymous said...

yyaaaadddda ada aza..... :D

Iwok said...

Heuheuheu ... untung aku ngga ada wawancara seperti itu. Daftar, langsung masuuuuuuuk. hehehe

Anonymous said...

Begitulah anak-anak, Bodh. Jadi sumber tulisan ayahnya, haha.

Iya, untunglah, Wok. Karena kalau nggak, berarti nggak ada lagi TK yang waras. Di multiply malah ada yang komen kalau di SD ada tes masuk berupa baca-tulis. Buset, padahal kan itu seharusnya diajarkan di SD. Masa untuk masuk harus sudah bisa?

Anonymous said...

Heuheuheu...
Jadi dapat pelajaran baru nih ;)) apa yang nyebabin Aza seneng lihat udel?

Anonymous said...

Bisa jadi karena dia udah sadar itu adalah hal yang tidak biasa. Jadi begitu muncul, dia merayakannya. Polos memang. Tapi itulah yang membuat anak-anak tetap... ya, anak-anak.