Kiat Produktif Menulis Humor
Berdasarkan pengalaman spesifik menulis tiga puluh sketsa komedi per dua hari (karena sisa hari lain digunakan untuk revisi, pertemuan, dan rehat), saya dan donna juga belajar sejumlah kiat menulis produktif. Dan kiat-kiat ini bisa diterapkan untuk penulisan kreatif mana pun yang berfokus pada menangkap ide.
- Komputer adalah musuh inspirasi
- Tunda menulis ide = penyesalan tak berujung
- Hindari menulis skrip sebelum memiliki minimal dua puluh ide.
Jalan-jalan, bawa notes dan alat tulis. Lalu, begitu ada ide yang mampir, langsung tulis. Jangan buang waktu sama sekali.
Sudah lebih dari sepuluh ide yang hinggap dan hilang karena tidak sempat ditulis.
Bawa catatan dan alat tulis ke mana-mana. Siapkan di sebelah tempat tidur. Sebelum tidur, saat baru bangun, dan saat sedang boker adalah waktu-waktu di mana ide justru senang mampir.
Karena begitu kita mulai menulis skrip, ide baru yang muncul tidak akan lebih banyak dari lima. Dan umumnya merupakan pengembangan dari ide yang ada.
Pikiran kita itu seperti mesin. Bisa di-tune up untuk prioritas pada kecepatan/kekuatan atau efisiensi. Namun, tidak bisa untuk dua-duanya sekaligus. Kalau cepat, berarti boros. Kalau efisien, berarti mengorbankan kecepatan.
Dalam menulis juga begitu. Untuk mencari ide, kita mengejar efisiensi. Sebanyak mungkin menjaring ide yang mampir. Hindari komputer. Karena komputer membawa gangguan (distraction), dan bisa menggoda kita untuk berpindah modus. (Ini sekaligus penjelasan tambahan untuk poin 1.)
Saat menulis skrip, kita fokus pada kecepatan atau kekuatan. Mesin kita begitu sibuk untuk menulis, sehingga kita tidak efisien lagi menjaring ide. Bisa jadi saat menulis ide-ide itu mampir, namun kita terlalu sibuk untuk sadar. Kita hanya sadar saat ide yang mampir mirip dengan yang sedang kita tulis.
Lebih parah lagi kalau kita sedang menulis, sekaligus browsing internet atau chatting. Lupakan menangkap ide.
Mari jujur saja: ide itu selalu mampir. Tapi kalau pikiran kita terlalu sibuk, kita tidak bisa menyadari bahwa ada ide yang mampir. Boro-boro mau menjaringnya.
Jadi: kumpulkan ide sebanyak-banyaknya. Hindari komputer. Dan baru mulai menulis skrip setelah terkumpul banyak ide.
Karena kami mencari tiga puluh sketsa, biasanya aku baru mulai menulis skrip saat sudah terkumpul tiga puluh ide. Sebelum itu, aku tetap fokus ke menangkap ide. Setelah lewat tiga puluh, baru... mulai menulis. Ubah setting pikiran menjadi kecepatan/kekuatan.
Selamat menulis. Break a pen!
____________________
Lebih lanjut mengenai mengubah pola pikir penulisan: Enam Topi Berpikir untuk Penulisan Kreatif.
3 comments:
Betul euy, jauhi komputer. Dan kenapa rata2 inspirasi datengnya pas lagi boker yah? Padahal kalau soal bengong dan melamun, banyak momen lain yang porsinya lebih lama dari boker *lol*
bisa ga sih ide itu datengnya kalo dipaksain? karena kan harus beriringan sama yg namanya tenggat waktu, apalagi tenggat waktu yang sangat ketat...
cheer's
anton
Mungkin karena kamar mandi merupakan tempat yang kita anggap aman, Diki. Hehe. Soalnya teman-teman yang berbagi kamar mandi jarang mengalami hal yang sama. Bisa jadi karena mereka nggak merasa aman (atau tenang) dengan suara gedoran (atau orang-orang yang berusaha ngedobrak dengan pasak domba).
Dipaksain sih nggak. Tapi kita bisa membuat suasana sekitar (dan hati) menjadi lebih mudah untuk menangkap ide. Itu sudah saya bahas di blog ini juga, anon. Coba saja cari.
Post a Comment