Thursday, February 28, 2008

Penulis Sebagai Pemasar: Hati-hati

Akhir-akhir ini, sering bergaung pendapat bahwa penulis perlu jadi pemasar yang baik. Ini adalah anjuran yang baik. Sayangnya, kurang lengkap.

Ada urutan yang perlu para penulis ketahui sebelum mulai memasarkan karya (ataupun diri). Seorang penulis sebaiknya:

  1. Memiliki identitas diri yang kuat

  2. Berkarya secara konsisten

  3. Baru bisa memahami dan mempraktikkan pemasaran dengan baik

Kalau urutannya terbalik bisa kacau. Nomor tiga sebelum dua: tidak efektif karena karyanya terbatas. Jujur saja, saya adalah penulis buku tipe nomor tiga sebelum dua. Kini saja sudah banyak orang yang lupa bahwa pernah ada buku yang berjudul Bertanya atau Mati! Lebih banyak orang yang tahu bahwa itu adalah nama blog.

Tentu saja, karya di sini bermakna luas. Tulisan blog pun bisa disebut karya. Serupa dengan contoh di atas, percuma kita promosi blog ke mana-mana kalau tulisan kita saja munculnya hanya sebulan sekali. Sementara blog seperti blogombal justru tanpa promosi bisa dikenal luas. Karena tulisannya muncul secara rutin. Dan konsisten dengan gaya Paman Tyo yang khas.

Nomor tiga atau dua sebelum satu: celaka. Ini sempat saya sampaikan di satu forum lain: akan gawat saat seorang penulis mulai menerbitkan karya bukan karena ingin menyampaikan sesuatu, melainkan karena sekadar ingin menghasilkan sesuatu. Bisa jadi karyalah yang akan lebih berkuasa dibandingkan penulisnya.

Sudah dua kali saya menyinggung identitas diri dalam kepenulisan. Seperti apakah itu? Bagaimana kita mengetahui identitas kepenulisan kita? Itu akan saya bahas di tulisan berikut.

2 comments:

Anonymous said...

lha saya ngeblog kan sesukanya, seingatnya. :D
kalau sering ingat, dan niat, ya saya post bisa lebih dari sekali sehari. kalau malas dan atau lupa, ya prei :D

Isman H. Suryaman said...

Lah, tapi kan Paman sesukanya dengan rutin, hehe. (Oxymoron nggak tuh?)