Prinsip Mengepak Barang Nomor Satu (bagi Pria Beristri)
Jangan menentang saran istri Anda.
Walaupun tidak setuju, jangan--dan saya ulangi--JANGAN sekali-kali menentangnya. Iyakan saja. Karena kita sendiri yang akan kena batunya.
Terakhir kali ke Bali, saya dibekali jel untuk memijat kaki yang pegal. Satu tube besar. Dan saya sama sekali tidak pernah memakainya. Saat itu hanya jalan kaki sedikit. Dan sama sekali tidak ada bahaya pegal. Karena itu, waktu mengemas keperluan untuk ke Ubud, saya menolak membawanya lagi. "Sudah, lah. Enggak akan kepake, kok. Yakin!"
Ternyata, saya harus beberapa kali berjalan ke tempat yang menurut warga setempat "dekat". Padahal sebenarnya rute biathlon. Belum termasuk kala saya tersesat dalam mencari penginapan. Dan seakan-akan itu belum cukup, saya juga meremehkan jarak bersepeda.
Ya, akhirnya saya menyewa sepeda. Lantas, mencobanya sekali untuk pergi ke restoran Bebek Bengil dari penginapan (sekitar satu kilometer menanjak dan menurun). Enteng.
Keesokan paginya, saya mengendarai sepeda itu untuk menghadiri konferensi di Indus. Berdasarkan gambar peta di buku panduan, jaraknya kira-kira sama. Ternyata, peta itu digambar oleh keturunan dari orang yang bilang pada Christopher Columbus bahwa India itu "dekat" dengan Eropa.
Waktu jalan menurun sih saya senang-senang saja. Tiba-tiba mulai menanjak. Dan saat kaki sudah mulai kesemutan, ujung jalan bahkan belum terlihat. Saya masih bertahan berkat mengingat kata-kata seorang teman, "Jangan khawatir, radius jalan-jalan di sekitar Ubud sih nggak nyampe tiga kilometer kok." Tiba-tiba di tengah tanjakan saya melihat papan lalu lintas bertuliskan: Ubud coret.
Saya langsung turun, ambil napas, dan menenteng sepeda sepanjang sisa jalan. Begitu sampai di Indus, kemeja saya basah kuyup oleh keringat. Saya terpaksa mengaso dulu di Media Room. Mbak Tina, ketua pelaksana harian, langsung menertawai saya dan meminjamkan kipas angin listrik. Ini sebenarnya masih tidak apa-apa, sampai saya ingat, bahwa saya harus mengendarai sepeda itu kembali ke penginapan.
Jelas, kaki saya pegal-pegal saat kembali ke penginapan. Dan tidak ada jel kaki.
Jadi, walaupun istri Anda menyarankan untuk membawa gajah sekali pun, menurut sajalah. Kalau Anda menolak atau bahkan menertawakan ide itu, bersiap-siap untuk menelan tawa sendiri. Jangan-jangan lokasi Anda mendadak diserbu macan. Dan saat orang-orang di sekitar Anda berseru panik, "Aaah! Coba ada gajah! Kita akan selamat!" jangan menelepon istri Anda untuk minta tolong.
Dia akan bilang, "Oh, nggak bawa gajah, ya? Kok bisa? Istri kamu nggak ngingetin?"
No comments:
Post a Comment