Monday, June 09, 2008

Mulutmu... Penyembelihan Kambingmu

Sabtu lalu, saya, Donna, dan Aza mengunjungi kekahan tetangga. Bagi yang tinggal di luar Pulau Jawa, kekahan adalah acara di mana keluarga manusia (muslim) bersuka ria menyambut kelahiran anggota baru, sementara keluarga kambing (apa pun agamanya) bermuram durja kehilangan anggota lama (di luar Idul Adha).

Aza, yang hampir berusia empat tahun, tampak bersemangat melihat sang bayi. Berapa kali ia bolak-balik meminta untuk melihat "adek bayi".

"Lucu, ya, kayak Aza ama adek Chika waktu dulu," ujar Donna.

Aza cengengesan, lantas berkomentar, "Yang lucu itu adek Chika."

"Ya, ya." Saya dan Donna hanya tersenyum mengangguk.

Namun kemudian Aza menambahkan, "Yang nggak lucu itu..."

Saya langsung membekap mulutnya sambil tertawa (memaksa).

Bagaimana pun, kami ingin pulang selamat.

Tuesday, May 13, 2008

Mengenal Blog Kita dengan Jendela Johari

Pernah dengar istilah Jendela Johari? Ini adalah sebuah model sederhana untuk memetakan kepribadian kita. Anggaplah ada empat jendela, seperti di bawah ini.

Jendela Johari

Dari model tersebut, kita bisa mengenal dan membandingkan persepsi kita dan orang lain mengenai diri kita. Caranya mudah. Buatlah sekumpulan daftar sifat dan pilihlah yang kita pikir mewakili diri kita. Lantas minta teman atau kenalan kita untuk memilihkan sifat-sifat yang menurut mereka mewakili kita.

Bandingkanlah. Hasilnya bisa mengejutkan kita, terutama di Jendela II dan III.

Lantas renungkan: apa yang menyebabkan perbedaan persepsi tersebut?

Istilah Johari sendiri muncul dari kombinasi nama penciptanya, Joseph Luft dan Harrington Ingham. Walaupun diciptakan pada tahun 1950-an, model ini cukup bisa menjadi alat efektif untuk mengenal diri lebih jauh.

Bukan itu saja, model ini pun bisa menjadi alat pengukur citra sederhana bagi figur publik atau bahkan merek iklan.

Nah, bagaimana kalau kita menggunakannya untuk blog kita? Apa sih tujuan kita menulis blog? Menurut kita, tulisan-tulisan blog kita menyiratkan citra apa? Cerdas? Lucu? Dangkal?

Pertanyaan terpenting: apakah para pembaca menangkap kesan yang sama?

Cobalah gunakan dua alat bantu buatan Kevan ini:

  1. Membandingkan karakteristik positif

  2. Membandingkan karakteristik negatif

Dan bagi para pengunjung blog Bertanya atau Mati, tolong isikan Jendela Johari untuk blog ini, ya?

  1. Karakteristik positif blog Bertanya atau Mati!

  2. Karakteristik negatif blog Bertanya atau Mati!

______________________

Terima kasih untuk Eko.

Wednesday, April 16, 2008

Solusi untuk DPR Ngantuk

Rob Taverner, seorang peternak sapi berkebangsaan Inggris menemukan cara baru untuk meningkatkan produksi susu.

Tai chi.



Seperti bisa dilihat pada foto dari artikel berita aslinya, Rob melakukan gerakan tai chi di depan 100 ekor sapinya, setiap pagi. Menurut pria berusia 44 tahun ini, ia melakukan ritual tersebut agar sapi-sapinya berada dalam suasana hati yang cocok untuk produktif.

Bagaimana kalau kita terapkan ini di sidang DPR/MPR? Daripada harus ada kasus ditegur Presiden lagi--yang memang menjadi terapi kejut tapi sayang hanya berefek sementara.

Bayangkan saja adegan sidang DPR yang sering ditayangkan televisi. Diskusi terus-menerus berkutat pada hal-hal yang bersifat kusir-kusiran. Beberapa orang memegang buku Teka Teki Silang. Di sana sini tampak wajah yang matanya terpejam lebih lama dari seharusnya. Dan sebagian besar sudah malas menyimak.

Saat inilah, Rob Taverner langsung maju ke depan podium dan melakukan tai chi. Kalau ini masih gagal membuat para wakil kita melek, kita masukkan juga 100 sapinya.

Monday, April 14, 2008

Seputar Pilkada Jawa Barat

  • Masih terkait angka, salah satu juru kampanye (jurkam) Danny Setiawan - Iwan Sulandjana sempat keseleo lidah. Saat kampanye di Soreang (3 April 2008), ia berteriak lantang, "Ada Danny di dadaku, Iwan kebanggaanku. Nomor dua pilihanku!"

    Padahal seharusnya nomor satu. Kesalahan yang manusiawi, namun jadi menarik karena diucapkan jurkam yang bernama unik.

    Nama jurkamnya? Bool. (Slang untuk "lubang pantat".)

    Salah satu pengunjung berkomentar, "Ngaranna oge Bool, nya nu kaluarna ..." ("Namanya aja Bool, ya yang keluar...")


  • Setelah pasangan Hermawan - Dede Yusuf diproyeksikan menang, tiga orang bersepeda motor melempari kantor DPD PKS Bandung dengan molotov.

    Atas kejadian ini, Kapolres Bandung AKBP Ahmad Dofiri malah berkomentar,  "Itu bukan molotov, hanya bensin dalam botol lalu dilempar ke halaman kemudian dia melempar lagi karung terigu yang dibakar."

    Kalau gitu bisa jadi itu juga bukan usaha peledakan. Tapi kebetulan buang sampah botol berisi bensin. Terus karena khawatir kotor, jadi dibakar. Betapa senangnya saat polisi kita begitu perhatian pada semantik.

    Ketua Tim Operasi Pemenangan PKS Kabupaten Bandung Arifin Sobari juga turut berkomentar, "terlihat sekali pelaku adalah profesional..."

    Namun, dalam artikel lain, diberitakan bahwa salah satu pelakunya tertangkap karena "vespa yang dikendarainya mogok".

    Kalau ini profesional, aku malah kasihan memikirkan yang amatir.

    Sang pelaku yang tertangkap bernama Didin Tajudin Bin Marwan. Ia berada, dan saya kutip, "dalam kondisi syok".

    Secara profesional, tentunya.

Memilih Angka, Bukan Visi

Menilik pilkada(l) Jawa Barat kemarin (13 April 2008), ada satu hal yang mengganjal. Mengapa kita masih menggunakan angka? Jumlah pilihan hanya tiga. Untuk apa dinomori satu, dua, tiga? Bukankah sudah ada nama dan foto wajah?

Apakah agar orang-orang yang tidak bisa membaca dan tidak tahu wajah kandidat bisa memilih? Kalau begitu, mengapa tidak menyediakan mesin slot alih-alih kertas coblosan. Itu akan lebih akurat. Dan menarik.

Jadi apa solusinya? Hilangkan angka yang tidak perlu? Sayangnya, mengandalkan foto wajah pun ternyata belum cukup. Walaupun sejumlah pemilih mengatakan bahwa pasangan Hermawan - Dede Yusuf menang karena menjanjikan harapan, ada juga yang mengatakan karena wajah Dede lebih dikenal. Plus ganteng.

Dan ini tidak terbatas Indonesia saja. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pun menunjukkan bahwa saat diberikan sejumlah pilihan, para pemilih yang tidak terlalu mengetahui visi  atau program kandidat akan cenderung memilih orang yang jangkung dan tampan.

Anda memilih karena apa? Apa pun itu, kalau tidak ada yang sesuai, selalu ada pilihan di luar yang tersedia. Karena tidak ada gunanya memilih jika tidak mendukung. Terutama bagi mereka yang seminggu terakhir ini jadi sering meneriakkan satu bait Electable-nya Jimmy Eat World.


"Not in my name, you don't speak for me
I am my voice, and I want to scream
You want my air, you want my life
I act as one, but I'm not alone...