Monday, October 29, 2007

Celoteh Anak (Yang Gawat Karena Suaranya Tidak Bisa Dikecilkan Dengan Remote)

Peringatan: tulisan di bawah meliputi penggunaan kata yang bisa mensukseskan diet rendah kalori Anda. Jika bukan itu yang Anda inginkan, silakan mundur dari layar komputer, dan tontonlah Wisata Kuliner.


__________________________


Pagi tadi saya bolak-balik WC karena diare. Begitu saya keluar, Aza langsung mengendus-endus. "Papih kok bau, sih?"

Sebagai penulis humor, kadang saya terbiasa menyeletuk sebelum selesai mikir, "Kalau kamu bisa propot harum, kasih tahu Papih, ya?" Propot adalah istilah kami untuk menyebut buang air besar. Satu hal yang saya pelajari dengan menjadi orangtua: bendahara kosa kata kami bertambah dengan istilah yang diciptakan berdasarkan efek suara.

Berhubung, serangan kembali datang, saya kembali masuk ke WC. Dan saat menutup pintu, saya baru mulai sadar. "Uh oh," pikir saya. Aza, sebagaimana halnya anak berusia tiga tahun lainnya, masih menanggapi semua sarkasme secara harfiah.

Dari balik pintu terdengar suara Aza bertanya kepada asisten kami, "Bi, Papih kok bau, sih?"

Sialan.

"Aza, mandi yuk?" terdengar suara Bi Nina, sang asisten, mengajak.

"Iya. Tapi kok Papih bau?" suara Aza malah makin mengeras. Jika Aza adalah TV, volumenya hanya bisa diset dalam dua modus: "Sunyi" dan "Vokalis Rock".

Saya hanya bisa membenamkan wajah dalam telapak tangan, berharap tidak ada tamu. Saya sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

"Pagi, Aza," sapa seorang tetangga dari celah pintu. "Papahnya ada?"

"Papih ada, tapi lagi bau!"

Atau

"Pos," seru sang pengantar PT Pos.

"Papih nggak bisa keluar," teriak Aza dari balik jendela. "Lagi bau!"

Jangan-jangan yang menelepon rumah saya pun sudah mengetahui kode itu. "Halo," sapa sang penelepon. "Masih bau?"

"Masih!" teriak Aza.

Saya memutuskan untuk mandi sekalian. Dan untunglah tidak ada tamu. Jadi saya bisa melenggang keluar tanpa perlu menyamar jadi tumpukan cucian.

Saat itulah, Aza menyambut saya. "Papih masih bau?" Rambutnya tampak kelimis. Bajunya sudah berganti, dari kostum Spiderman menjadi Superman (walaupun Superman yang ini menggunakan celana panjang longgar dan popok--yang untungnya--di dalam).

"Nggak dong," senyum saya. "Papih udah mandi."

"Aza juga," ia medekat sambil menandak-nandak. "Tadi propot."

Uh oh.

Ia kemudian naik ke sofa, lantas menungging. "Coba Papih cium bokong Aza, harum nggak?"


____________

Tulisan Serupa:

2 comments:

ted said...

wah berbakat banget kayak papihnya :D

Isman H. Suryaman said...

Berbakat nungging?