Thursday, November 29, 2007

Hanya di Indonesia...

...seorang neurolog merasa harus menjelaskan bahwa ketika suatu gejala penyakit muncul pada anak, "Ditempeleng tidak menyelesaikan masalah."

Saya belum pernah mendengar tentang seorang ayah yang berkonsultasi pada dokter, "Anak saya demam, Dok. Sudah dikompres semalaman belum turun juga."

Sang dokter menulis suatu catatan sambil mengangguk-angguk, "Matanya berkedip-kedip nggak?"

Sang ayah mengingat-ingat, "Hanya setiap tiga detik sekali."

"Sudah coba ditempeleng?" aju sang dokter.

Sang ayah pun menepuk tangannya, "Oh, iya! Bener juga. Makasih, Dok. Saya pulang dulu buat coba. Anda memang penyelamat jiwa!" Ia menyalami sang dokter.

Sang dokter balas menyalami dengan sopan, sebelum berkata, "Biayanya seratus ribu." Ia buru-buru menambahkan. "Dan menempeleng (saya) juga nggak akan menyelesaikan masalah."

Kabar baik bagi pria dewasa: menurut sang neurolog anak RSCM yang dikutip detik.com, dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K), penyakit Tic ini hanya menyerang anak-anak.

Kabar buruknya: kita tidak bisa menggunakan penyakit ini sebagai alasan untuk mengedipi wanita lewat. Padahal, menurut Hardiono, "Penyakit ini muncul jika terpaku pada suatu hal dan bengong."

Pas sekali.

Jika kita terpergok seorang wanita sedang menatapnya sambil bengong, kita tinggal menyapa "Hai!" sambil berkedip-kedip. "Anda membuat saya terkena penyakit Tic. Dan nggak boleh ditempeleng!"

Sang wanita akan mendekat, tersenyum, dan berkata, "Saya juga baca artikel di detik.com," sebelum menempeleng kita.

No comments: