Asal Mula Buku Tujuh Dosa Besar PowerPoint
Saya berhutang budi kepada seorang konsultan Teknologi Informasi (TI) dari Singapura yang namanya tidak akan saya sebut di sini (terutama karena saya sendiri tidak tahu namanya). Pada satu pagi hari yang cerah, ia mempresentasikan produk perusahaannya di hadapan sejumlah klien prospektif (di luar saya, yang hadir sekadar untuk menghabiskan snack).
Dalam ruangan yang terang benderang itu, ia menyorotkan materi PowerPoint-nya, yang tertulis dalam huruf berwarna putih di atas latar belakang hitam. Saat kami semua memicingkan mata, ia mengira kami begitu bersemangat dalam menyimak. Padahal, kami semua sedang berharap memiliki penglihatan super.
Dalam bahasa Inggris yang patah-patah, ia menjelaskan berbagai fitur produknya dengan semangat tinggi. Saking bersemangatnya, ia mengumbar banyak jargon dan singkatan, seperti XVMN.25, DHG, AB-Awareness.[1] Kemudian, di tengah-tengah presentasi, ia berkata, "Dan ini adalah contoh pengalaman perusahaan kami." Ia mengklik mouse-nya, dan di bagian atas layar muncullah judul yang masih dapat kami baca dengan jelas, "Fort Polio."
Lima belas menit setelah itu, saya berkeputusan untuk membuat buku mengenai kesalahpenggunaan PowerPoint. Awalnya saya masih belum yakin. Apakah yang saya tulis ini berlaku universal? Atau hanya bagi segelintir orang? Jadi saya coba masukkan bahan tersebut dalam berbagai sesi presentasi. Tulisan ini lantas menjadi bagian khusus dalam lokakarya Teknik Presentasi saya, dengan judul, "Tujuh Dosa Besar PowerPoint".
Selama tiga tahun lebih, tulisan ini terus semakin matang berkat berbagai masukan dan praktik. Hingga akhirnya Gramedia Pustaka Utama sepakat untuk bekerja sama menerbitkannya. Naskahnya sendiri sudah naik cetak tanggal 7 Agustus lalu. Dan kira-kira butuh waktu tiga atau empat minggu hingga selesai dan didistribusikan ke toko-toko buku.
Sampul depan buku
Yang penting untuk kita sadari, pembicara tersebut bukanlah contoh khusus. Sebagian besar presentasi yang saya hadiri, baik berlatar belakang akademis, pemasaran, teknologi, penyuluhan, bahkan pelatihan, melakukan berbagai kesalahan yang sama. Presentasi yang seharusnya menjadi forum pertukaran ide akhirnya malah menjadi medan perang, antara penyaji yang tidak kompeten melawan hadirin yang ingin kabur.
Dalam bidang apa pun, kemungkinan besar Anda telah mengalami (atau menderita) hal yang sama. Semoga buku ini bisa bermanfaat. Minimal untuk melawan balik tradisi penyalahgunaan. Karena presentasi tidak harus membosankan. Apa pun software alat bantu presentasi yang kita gunakan (PowerPoint, Impress, Keynote, Flash, dll), sampaikanlah pesan kita dengan menarik.
__________________
[1]: Ini hanya contoh istilah asal yang saya karang sendiri. Tapi dari sudut pandang orang yang tidak mengerti dan tidak mendapatkan penjelasan, ya sama saja.
2 comments:
wah ini ya buku tentang teknik presentasi itu ya mas ?
Iya, San. Lebih fokus ke penyusunan presentasi sih, walaupun ada juga bagian menyangkut seni tanya-jawab, penguasaan panggung, dan semacamnya.
Post a Comment