Wednesday, August 15, 2007

Seni Tanya Jawab: Ubah Pola Pikir

Dalam final Imagine Cup 2007, tim Thailand menunjukkan cara yang unik dalam sesi tanya jawab. Setelah juri melemparkan pertanyaan, sang juru bicara akan mengulang pertanyaan tersebut. "Benarkah ini yang ditanyakan?" tanyanya kemudian.

Setelah juri mengiyakan, ia memberi isyarat kepada timnya. Dan apakah yang mereka lakukan?

Mereka berdiskusi internal dulu. Ya, di tengah sorotan ratusan hadirin, mereka membuat lingkaran tertutup dan mengobrol, seperti yang dilakukan Kwik, Kwek, dan Kwak (keponakan Donal Bebek) saat menyusun strategi. Seisi ruangan sampai riuh oleh tawa karena kelakuan tim Thailand ini.

Namun mereka sendiri tidak terpengaruh. Setelah mencapai keputusan, lingkaran itu pun bubar. Lantas sang juru bicara akan menyampaikan jawaban mereka dengan tegas. Cara ini terus mereka lakukan untuk menjawab setiap pertanyaan. Dan jawaban mereka selalu memuaskan, diiringi sikap yang percaya diri.

Cara ini mungkin selintas tampak konyol. Dan jelas tidak akan berlaku pada setiap kesempatan presentasi. Namun sebenarnya, mereka telah menunjukkan kepiawaian dalam seni tanya jawab. Ini terlihat dari beberapa tindakan:


    a) Mengulangi pertanyaan
    Tindakan sederhana ini memiliki banyak manfaat. Pertama, memastikan kita tidak salah tangkap. Kemampuan berbahasa Inggris tim Thailand tidaklah bagus. Namun, ini tidak membuat mereka malu atau gugup. Mereka malah meminta izin untuk melakukan diskusi lingkaran ini agar tidak salah tangkap. Bagi mereka, yang penting bisa menangkap pertanyaan dengan benar. Dan memberikan jawaban yang sesuai, tidak memutar-mutar.

    Kedua, membuat penanya merasa didengar. Ketiga, memastikan bahwa hadirin yang lain juga mendengarkan. Keempat, memberikan kita kesempatan untuk berpikir. Dan kelima, kita bisa membingkai ulang pertanyaan jika diperlukan.


    b) Membingkai ulang pertanyaan
    Fungsi membingkai ulang pertanyaan adalah mengubah arah (dan pola pikir) sesi tanya jawab. Umumnya, orang menganggap sesi tanya jawab sebagai ajang serang dan tangkis. Penanya menyerang, dan penjawab menangkis.

    Padahal ini adalah pola pikir yang salah.


    Kalau berpikir seperti itu, kita terdorong untuk mencari jawaban yang terdengar bagus. Bahasa ilmiahnya: ngeles. Padahal yang dibutuhkan adalah jawaban yang membantu hadirin untuk mengerti. Inti presentasi adalah penyampaian ide. Hadirin datang untuk memahami ide tersebut. Pembicara pun ingin hadirin mengerti. Berarti: pembicara dan hadirin memiliki tujuan yang sama.

    "Are we there yet?"


    Karena itu, pola pikir serang-tangkis keliru. Hadirin bukanlah musuh. Melainkan rekan perjalanan dengan tujuan yang sama. Tugas pembicara adalah menjelaskan ke mana arah presentasi ini dan sudah sejauh mana kita melangkah.

    Jika ada pertanyaan yang terkesan menyerang, bingkailah ulang menjadi konteks pola pikir bekerja sama. Apa manfaat dari pertanyaan itu. Lantas berikanlah jawaban yang mencerahkan.


    c) Menyampaikannya dengan tegas
    Jangan takut salah. Kalaupun fakta yang kita ungkapkan ternyata salah bukankah itu baik, karena sekarang jadi benar? Kalaupun pendapat kita ternyata berbeda dengan orang lain, bukankah itu wajar? Hingga lingkup tertentu, pendapat kita bahkan bisa berubah setelah saling berbagi dengan hadirin.

Ubahlah pola pikir kita tentang hadirin. Otomatis, kita akan menangkap esensi sesi tanya-jawab: membantu orang lain agar lebih memahami maksud kita.

3 comments:

ted said...

tim thailand menang ngga mas ?

kalo presentasi sendiri trus gimana ? apa trus bicara sendiri ?

kalo di presentasi kesannya si audience memang penyerang. dan membantai. kalo sudah begitu, si audience akan sangat puas apabila yang presentasi tidak bisa menjawab ...

"mempermalukan" lah istilahnya..

kalo sudah begitu bagaimana ..

saya pernah sih .. presentasi trus si audience nya terliat "merendahkan". tapi ya saya cuek .. tapi takutnya informasi yang saya sampaikan tidak tepat sasaran karena masalah mempermalukan, merendahkan, saling menyerang dan sebagainya...

ted said...

wah ternyata baru baca posting sebelumnya... menang ternyata tim thailand .. keren...

Isman H. Suryaman said...

Kalau sendiri, ya jangan bikin lingkaran, San, hehe.

Memang biasanya ada kok orang yang terkesan niatnya ngejatuhin. Tapi itu umumnya bisa diatasi dengan mengarahkan sesi tanya jawab ke arah tujuan bersama. Umumnya orang nggak akan cape-cape datang dan ngedengerin untuk nggak dapat apa-apa. Kalaupun memang ada satu atau segelintir orang yang kayaknya ngotot banget pengin ngejatuhin, tanyakan langsung aja. "Sebenarnya apa yang Bapak belum paham dari presentasi ini?" Karena tujuan presentasi ini kan penyampaian ide.

Biasanya, kalau kita bisa terus mengarahkan ke pola pikir yang simpatik, hadirin lain juga malah akan mendukung kita kok. Karena ya itu tadi: kebanyakan orang datang untuk mendapatkan sesuatu. Kalau presentasinya gagal, ya berarti mereka juga capek-capek tanpa hasil. Sama-sama rugi.

Tantangan bagi kita tentu saja adalah tidak membiarkan emosi menguasai diri.