Wednesday, August 08, 2007

Bersenang-senang dengan Grafik

Dalam berpresentasi, saya sempat menganggap grafik seperti Uzi: efektif dalam menyampaikan pesan. Namun, kesalahan sedikit saja bisa membuat banjir darah. Untunglah, tahun lalu saya terdampar di blog Jessica Hagy. Semenjak itu, saya memandang grafik dengan perspektif berbeda. Grafik menjadi sahabat baru dalam menyampaikan pesan apa pun. Kadang sama sekali tidak ada hubungannya dengan angka.

Pada pelatihan menulis untuk bagian humas suatu departemen pemerintah, saya memulai dengan menayangkan beberapa contoh tulisan mereka yang mengangkat retorika dan janji menteri. Lantas saya melanjutkan ke slide berikut.



Setelah tawa mereda, saya baru kembali mengingatkan mereka akan hal yang sebenarnya mereka sudah tahu: fungsi humas juga termasuk mengetahui citra organisasi di masyarakat. Akan ada jarak antara citra yang ada dengan yang diinginkan. Tantangannya adalah memperkecil jarak tersebut. Selanjutnya mereka pun bisa menyimpulkan sendiri bahwa menulis janji dan retorika justru malah memperlebar jarak tersebut.

Dalam sesi berpikir kreatif, saya menggunakan grafik untuk mengajak hadirin beranalogi. Satu contohnya adalah berikut.


Tanpa grafik, saya bisa menggunakan contoh di atas dalam bentuk tebak-tebak, "Apa persamaan antara syukuran pernikahan dan kampanye partai? Dalam keduanya ada pengucapan janji, ada makan gratis, dan sama-sama bikin macet."

Tapi dengan grafik, saya bisa menyampaikannya dengan lebih mengena. Karena pada dasarnya grafik adalah alat bantu visual untuk menyampaikan pesan. Tidak harus mewakili angka atau statistik yang rumit. Saya saja yang sempat melupakan itu. Dan ironisnya, saya kembali sadar saat melihat blog Jessica yang justru menggunakan grafik untuk bahan tertawaan (dan renungan).

Jika Anda juga termasuk orang-orang yang memusuhi grafik karena terlalu sering di(salah)gunakan dalam presentasi, cobalah kunjungi blog Jessica Hagy. Semoga itu kembali mengakrabkan Anda dengan alat bantu ini.

No comments: