Monday, February 07, 2005

Resensi Usen Lim di Mailing List Resensi Buku

Buku ini sama sekali tidak lucu. Judulnya saja sudah memperlihatkan ancaman teror yang mengerikan. Kalau saja di kulit buku bagian depan tertulis: `Bertanya atau Tidur!', `Bertanya atau Berdansa!', atau `Bertanya atau Tersesat!' mungkin ketegangan saraf calon pembaca agak berkurang. Tapi, lihatlah pilihan hidup yang disodorkan sang pengarang kepada kita. Bertanya atau Mati! Benar-benar menegangkan, bukan?

Bahkan, buku ini sebenarnya adalah buku yang serius. Topiknya memang bermacam-macam, dari peuyeum sampai penis patah, dari Timor sampai TPI Fighting Championship, dari keponakan sampai kepresidenan, dan semakin lucu saja sampai bagian terakhir. Mirip fenomena gunung es!

Tapi, jangan terkecoh oleh topik-topik lucu tesebut karena, percayalah, buku ini sangat serius membahas masalah eksistensial manusia. Secara filosofis pemikiran pengarang, walaupun hanya ngarang (tidak berdasar fakta), mungkin setara dengan Paul Sartre. Secara psikologis, buku ini dapat disejajarkan—di rak buku anda—dengan `Sane Society' Erich Fromm.

Berkaitan dengan pemikiran Sartre dan Fromm, yang menegaskan bahwa manusia harus memutuskan sendiri bagaimana caranya hidup agar tidak hidup terasing sehingga penuh kebosanan, keputusasaan, dan absurditas, bekerja dan hidup tanpa makna seperti robot, pengarang menemukan satu metode sederhana untuk memecahkan masalah pelik itu:
Bertanya!

Pengarang memang senantiasa merenungkan pengalamanhidupnya, dari yang remeh temeh sampai yang besar, dan dalam buku ini, mengajak anda bertanya-tanya pula. Ada satu adegan lucu, bisa dibilang merupakan inti buku ini, yang mempertanyakan kebiasaan
orang berkompetisi bahkan (seolah-olah) sampai kematian tiba. Saya kutip adegan pemakaman imajiner kerabat Panji yang dihadiri pengarang:

Saya: Turut berduka cita, ya Nji.
Panji: Makasih, Man. Lu, kapan nyusul?

Nggak deh, makasih. Silahkan berlomba sendiri. Saya mau nyantai saja.
Jadi, jika pembaca merasa geli dan tertawa terkekeh-kekeh ketika membaca buku ini seperti saya, itu mungkin semata-mata karena si pengarang menghargai pembaca yang terlanjur mengerahkan usaha untuk meminjam buku ini dan selalu menghindari pemilik agar tidak perlumengembalikannya. Sebab lain yang mungkin, kebanyakan pembaca lebih suka mengeluarkan uang untuk berkekeh-kekeh daripada bertanya sebanyak mungkin dan kemudian mendapat bayaran. Dengan kata lain, lucunya cuma bonus, yang utama dari buku ini adalah pencerahannya.

Tapi jika pembaca merasa geli dan tertawa terbahak-bahak padahal belum membaca buku ini, berhati-hatilah. Itu berarti sudah saatnya Bertanya, atau Mati!

Usen