Monday, March 07, 2005

Better Late (But Going at It for 30 Minutes) Than Never

Saya...

mungkin adalah orang paling telat se-Jakarta. Karena saya baru beli dan baca BaM.

Needless to say, gw bener2 suka tu buku. Plus gaya nulisnya (as in tata bahasanya) familiar abis... that's the way I write in Indonesian. We belong to the association of pathetic people who need to get in touch with our homeland culture again.

But thank you. As much as Slapstick is important for the survival of mankind, BaM is really going to be one of my favorite books ever. So Thank you.

And last but not least... Just FYI: A pig's orgasm lasts for 30 minutes.

Some animals are lucky like that.

Ephe.
________________

That sure redefines the term "lucky pig."

Thursday, March 03, 2005

Berbagi Pengalaman: Proses Menerbitkan BaM

Dalam merintis kerjasama penerbitan BaM dengan GPU, saya melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Bikin Preliminaries Naskah, yaitu:
    • Judul
    • Daftar Isi
    • Ucapan terima kasih
    • Prakata
    • Bab I naskah
    • Daftar pustaka
    • Perihal Penulis
    • (tambahan) Latar belakang dan trend pasar buku humor
    • (tambahan) Perkiraan target pembaca yang akan tertarik membeli buku ini
    • (tambahan) Ajuan strategi pemasaran untuk buku ini
  2. Print semua dan masukkan folder.
  3. Saya tidak mencetak semua naskah. Penerbit dapat menentukan tertarik atau tidak dari preliminaries saja. Karena itu, ada saja penulis (biasanya yang sudah langganan bestseller) yang bukunya belum beres pun sudah bisa menjalin kerjasama.

  4. Menghubungi Penerbit (dalam Kasus Ini GPU Bagian Nonfiksi)
  5. Saya memberitahu bahwa saya memiliki naskah untuk kerjasama penerbitan buku. Mengapa saya bilang "kerjasama"? Karena memang penulis dan penerbit adalah rekanan. Tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Keduanya saling membutuhkan. Dan untuk kerjasama tentunya membutuhkan kecocokan dari kedua pihak, bukan hanya dari satu sisi.

    Saat itu saya diminta untuk mengirim naskahnya.

    Saya meminta untuk bertemu muka. BaM adalah suatu konsep yang tidak umum di Indonesia. Saat saya mendiskusikan ide buku ini dengan seorang teman saja pernah terjadi dialog seperti berikut:
    Teman: "Jadi buku kamu nanti tentang apa?"
    Saya: "Kumpulan esai humor."
    Teman: "Oh. Seperti apa, tuh?"
    Saya: "Seperti buku Seinfeld, Dave Barry, Bill Cosby--"
    Teman: "Bill Cosby nulis buku?"
    Saya: "Euh, ya."
    Teman: "Buku kaya apa?"
    Saya: "Ah, kumpulan esai humor."
    Teman: "Seperti apa, tuh?"
    Karena itu, walaupun telah menyusun profil pemasaran buku, saya merasa perlu untuk menjelaskan buku tersebut secara empat mata.

  6. Bertemu dan Berdiskusi dengan Editor.
  7. Saya berkenalan dengan Pak Dwi, salah satu editor nonfiksi. Setelah diskusi yang hangat (karena AC-nya kebetulan sedang mati), kami meraih semacam pengertian bersama (belum persetujuan, karena preliminaries-nya masih perlu ditilik).

  8. Ajuan Kerjasama Saya Disambut Baik oleh GPU
  9. Sudah lebih dari satu bulan lewat, karena perlu ada riset langsung oleh marketer GPU ke toko-toko mengenai potensi pasar buku seperti ini. Saat diberitahu mengenai hal ini, yang terbayang di benak saya adalah;
    Marketer: "Bang, kalau ada buku judulnya 'Bertanya atau Mati', mau beli kagak?"
    Pemilik Toko: "Politik?"
    Marketer: "Humor."
    Pemilik Toko: "Hahahaha becanda, lu!"
    Marketer: "(nelepon GPU) Kayanya bakal laris, nih."
  10. Penandatangan Perjanjian Kerjasama
  11. Yang terutama saya perhatikan dalam surat perjanjian tersebut adalah:

    • Poin bahwa Hak Cipta karya tetap di tangan pengarang. Penerbit hanya memiliki hak untuk menerbitkan dan menjual karya tersebut.

    • Jumlah cetakan awal

    • Jumlah royalti untuk pengarang

    • Metode pembayaran royalti dari penerbit kepada pengarang

    • Batas waktu hak penerbitan oleh mitra saya

    • Klausul bahwa hak penerbitan dapat dialihkan pada pihak lain jika pengarang merasa bahwa karyanya kurang diperhatikan rekan penerbit
  12. Saya Menyerahkan Naskah (Softcopy dan Hardcopy) ke GPU

  13. Proses Penyuntingan Naskah bersama Editor
  14. Di sini saya bekerja sama dengan Rina, yang banyak memberi masukan sehingga bahasa dalam BaM terasa lebih alami.

  15. Saya Memilih Untuk Mengusahakan Desain Sampul Sendiri
  16. Sebenarnya bisa saja urusan cover diserahkan pada penerbit. Tapi saya pilih meminta bantuan teman saya, Poetoe, untuk mendesain. Alasan utama adalah karena komunikasi lebih enak. ("Yang bener aja, Poet! Masa muka gua terlihat ganteng di sini?" "Ya udah, aku jadiin gigi kamu ompong, kan beres.")

  17. Proses Memilih Perwajahan Dalam dengan Layout Editor

  18. GPU Menyerahkan Proof Naskah untuk Diperiksa

  19. Revisi

  20. Naik Cetak
  21. Tanpa disadari, sudah setahun berlalu semenjak menawarkan naskah. Saat pertama kali bertemu Pak Dwi, saya sedang cuti bulan madu (kapan lagi bulan madu ke penerbit?). Saat pemberitahuan buku akan dicetak, tepat pada hari anak saya, Riordan Azad Zen, lahir.
Oke, itu pengalaman saya pribadi. Jadi dalam kasus berbeda, misalnya menerbitkan fiksi, akan ada langkah yang berbeda pula. Tapi intinya selalu sama: penerbitan buku adalah suatu kerjasama. Semoga bisa menginspirasi Anda untuk berkarya.