Thursday, January 31, 2008

Madu Krisis Identitas


Madu kejantanan anak & balita?


Oh, masih ada lagi.


Anak, balita, DAN wanita.


Saya sudah bisa membayangkan rapat strategi pemasaran produk ini. Presdir perusahaan membuka dengan pertanyaan, "Semua produk kini menggunakan 'kejantanan' sebagai nilai jual. Saya rasa kita juga perlu melakukan hal serupa!"

"Pak," manajer produksi mengangkat tangan, "kita menjual madu."

"Diam," potong manajer pemasaran. "Itu ide bagus! Madu kejantanan! Pasti laris!"

"Iya, kan?" mata presdir berkilat-kilat dengan semangat. "Masalahnya adalah pasar pria mungkin sudah jenuh--"

Manajer produksi menyambung, "Dengan minyak jenggot, viagra, susu rendah lemak, pusat kebugaran, hingga tayangan olahraga dan film yang menawarkan kejantanan." Ia mengangguk. "Ya, tentu saja mereka jenuh."

"Gampang," dengus manajer pemasaran. "Kita alihkan saja ke pasar baru yang masih segar."

Manajer produksi mengangkat sebelah alis, "Dan itu adalah..."

Manajer pemasaran menyeringai puas, "Anak-anak dan balita."

"Sudah kuduga," manajer produksi mengela napas.

"Keren!" sambut Presdir.

"Oh, dan bukan itu saja," tambah manajer pemasaran.

"Oh, tolong," gerutu manajer produksi.

Manajer pemasaran membentangkan kedua tangannya, "Kita juga akan memasarkannya pada wanita!"

"Kau jenius!" tunjuk Presdir.



Setelah itu pun mereka masih tidak yakin


"Jadi madu kita 100% impor?" tanya presdir.

"Tergantung dari definisi Bapak untuk '100%'," jawab manajer pemasaran.

"Seluruhnya."

"Kalau gitu, ya."

"Bagus," angguk presdir sambil menjauh.

"Minimal, botolnya," lanjut manajer pemasaran.

Presdir membalikkan badan mendadak, "Maaf, apa?"

"Yah, Bapak pernah ke Arab, kan? Daerah dikitari padang pasir dan rumput sintetik lapangan golf bukan lingkungan yang tepat untuk lebah."

"Oke, apakah ada madu yang benar-benar datang dari Arab?"

"Ya," angguk manajer pemasaran dengan mantap.

"Ya sudah. Berarti impor," presdir kembali melangkah menjauh.

"Walau kadang bisa satu dari seratus, lah," tambah manajer pemasaran.

Presdir menatap kesal, "Nggak bisa bilang 100% impor dong."

"Gimana kalau kita sebut saja impor DAN semi impor?"

Presdir mengangkat alis takjub. Lantas menunjuk sambil tersenyum lega, "Kau memang penyelamat jiwa!"


________________

Lokasi:

Toko roti unyil Cianjur.

Tuesday, January 29, 2008

Begitu Menyenangkan, Namun Begitu Singkat

Begitulah gambaran kerja sama penulisan humor saya dan donna dengan TransTV. Bulan Desember 2007 lalu, saya dan donna mendapatkan kesempatan menulis skrip untuk acara komedi terbaru TransTV berjudul Sketsa.

Sketsa mengambil bentuk dan gaya humor seperti The Fast Show atau The Sketch Show; dengan latar yang realistis (bukan panggung) dan pengambilan kamera yang sederhana, tanpa efek khusus. Lelucon dalam tiap sketsa berdiri sendiri (one-shot). Dengan perkecualian sejumlah sketsa yang leluconnya saling menyambung (running gag).

Bagi saya dan donna, kesempatan ini sendiri sangat berharga. Karena seperti saya sampaikan dalam pemberitahuan di multiply, kami bisa menulis humor--sesuatu yang kami gemari--sekaligus bertindak nyata bagi industri TV Indonesia: menyajikan alternatif tontonan di luar sinetron yang meremehkan intelijensi penonton.

Kami pun mengalami kecocokan dengan tim kreatif TransTV sendiri. Sehingga akhirnya kami membentuk tim bernama Team ID (dibaca seperti "Idea" dengan pengucapan Inggris) untuk kerja sama penulisan skrip jangka panjang. Tim tersebut sudah beranggotakan empat orang, plus dua lagi yang masih dalam tahap inisiasi.

Sayangnya, kerja sama itu berakhir lebih cepat dari yang kami duga. Kami mengundurkan diri. Lho, kenapa?

Tanpa perlu menyebut nama, salah satu bos besar TransTV menginstruksikan agar produser Sketsa mengadaptasi Kelsey Grammar Presents: The Sketch Show. Pihak TransTV pun konon sedang memproses lisensi untuk adaptasi tersebut.

Lalu masalahnya apa? Terhitung hari ini, sketsa-sketsa adaptasi itu sudah selesai disyut.

Bagi banyak orang, hal ini bisa jadi tidak merupakan masalah. "Toh lisensinya sedang diurus, kan?" Namun, bagi kami berbeda. HaKI adalah hal yang penting. Dan langkah yang benar adalah beres mengurus lisensi dulu, baru mulai adaptasi. Kasus terburuk: bagaimana kalau ternyata tidak ada kesepakatan dalam mengurus lisensi tersebut, padahal sketsa "adaptasi"-nya sudah ditayangkan? Bukankah itu jadi plagiarisme?

Mungkin ada yang mau berkomentar, "Ya, gampang, Man. Tinggal jangan tayangkan saja sketsa adaptasinya sampai beres. Gitu aja kok repot?"

Gampang kalau memang semua kendali pada apa yang tayang dan apa yang tidak itu ada pada tangan saya atau donna, misalnya. Tentu saja kenyataannya tidak. Bahkan iklan acara Sketsa sendiri masih menayangkan potongan adegan tenis meja dan lomba renang dari episode pilot, yang seharusnya hanya untuk kebutuhan internal. Jadi bisa saja kru TransTV (sengaja ataupun tidak) memilah dan menayangkan sketsa adaptasi yang belum mendapatkan lisensi.

Di sisi lain, saya dan donna pribadi memegang prinsip yang sangat jelas: menulis dan mengembangkan acara baru berdasarkan acara lain itu oke. Karena kita tetap menulis materi baru. Justru itulah yang memajukan dunia komedi. Format sitkom, sebagai contoh, lahir karena tiap acara baru mengadaptasi konsep format tersebut. Hukum Tiga (Rule of Three) lahir karena pengetahuan dan pengalaman bertahun-tahun para penulis humor maupun komedian.

Sketsa komedi juga sama. Dari Monty Python's Flying Circus hingga Saturday Night Live, semua tidak muncul begitu saja. Melainkan karena membangun suatu acara baru berdasarkan pengalaman orang lain. Dan itu yang kami temukan di Sketsa, selama ini.

Namun, kalau diminta mengadaptasi tanpa lisensi resmi, kami menolak. Berhubung pihak TransTV tetap melakukan hal tersebut, bahkan lanjut sampai syuting, kami berniat mengundurkan diri baik sebagai pribadi maupun tim. Karena jika tidak, itu sama saja seperti melakukannya (accomplice).

Sekali lagi, ini adalah keputusan berdasarkan prinsip. Tiap orang bisa saja memiliki prinsip yang berbeda. Tidak ada yang mutlak benar maupun salah.

Terima kasih atas dukungan teman-teman sebelum ini. Dan terima kasih bagi teman-teman TransTV atas kesempatannya. Bagi kami, pengalaman ini tetap menyenangkan. Memang sayang hanya singkat. Namun mungkin memang itulah yang terbaik bagi kedua pihak.

___________________________

NB: Karya kami jadinya hanya muncul di beberapa episode pertama. Dan entah yang mana saja. Penulisan skenario di sini berbasiskan sketsa, alih-alih episode. Misalnya, dari 100 sketsa yang kami buat, bisa jadi 10 dimasukkan ke episode dua, 30 di episode tiga, dan seterusnya.

UPDATE: Sketsa sendiri mulai tayang di TransTV Jumat ini (1 Februari 2008), jam 19:30 WIB.