Friday, July 22, 2011

FTV Laga Indosiar (Versi Lima Menit)

(Kalau pernah menonton FTV yang membuat Anda berpikir, “Kenapa banyak banget orang yang suaranya mirip, ya?” Anda kemungkinan sedang menonton hasil produksi Genta Buana Paramitha. Kalau belum pernah, rangkaian adegan di bawah dapat memberikan gambaran kasarnya.)




RUMAH TOKOH UTAMA - SIANG

TOKOH UTAMA mendekati seorang perempuan yang terbaring di tempat tidur dan terbatuk-batuk.

TOKOH UTAMA:
Ibunda!

IBU:
(batuk-batuk)
Sebentar.
(batuk-batuk)
Kalau Ibu batuk lebih lama
(batuk-batuk)
lagi, waktu tayang Ibu
(batuk-batuk)
jadi lebih lama.
(batuk-batuk).
Ada apa,
(batuk-batuk)
Ananda?

TOKOH UTAMA:
Kayaknya Ananda tokoh utama di film ini!

IBU:
(batuk-batuk)
Tahu dari
(batuk-batuk)
mana?

TOKOH UTAMA:
Suara Ananda disulih suara oleh orang sama yang memerankan semua tokoh utama di FTV laga.

IBU:
Sial. Berarti sebentar lagi Bunda harus meninggal supaya kamu ada alasan merantau.

TOKOH UTAMA:
Jangan lupa batuknya, Bunda.

IBU:
Oh, iya.
(batuk-batuk semakin parah dan mulai mengerang, mengaduh, mengejang.)

Sayangnya usaha sang IBU percuma karena dipotong iklan.


JALANAN - SIANG

TOKOH UTAMA berduka kehilangan ibunya dengan cara seperti orang pada umumnya... mengendarai motor sambil berbicara pada dirinya sendiri.

TOKOH UTAMA:
Mengapa Ibunda harus meninggalkan Ananda seperti ini? Mengapa Cibubur tidak ada spot makam jadi tidak bisa ada adegan pemakaman? Mengapa--

Tiba-tiba ia diserang oleh EFEK KOMPUTER BERBENTUK KELELAWAR RAKSASA.

SFX: Suara lengkingan KELELAWAR RAKSASA, yang rupanya terdengar seperti kelinci dicekik.

Sebagai orang pada umumnya, TOKOH UTAMA kaget, memberhentikan motornya di pinggir jalan, memasang standar, mengunci motor dengan kunci ganda, menaruh helm, lalu mengguling ke tanah.

Dalam sekejap, TOKOH UTAMA sudah berpindah ke lapangan rumput.


LAPANGAN RUMPUT - SIANG

Lantas, kembali layaknya orang pada umumnya yang diserang oleh makhluk raksasa, sang TOKOH UTAMA merespons serangan itu dengan mengadakan sesi tanya jawab.

TOKOH UTAMA:
Kamu siapa! Mengapa menyerangku? A/S/L please!

KELELAWAR RAKSASA hanya terus menyerang dengan cara terbang kanan dan kiri, disesuaikan dengan arah gulingan TOKOH UTAMA.

TOKOH UTAMA, balas memukul dan menendang berputar karena ia yakin, KELELAWAR RAKSASA akan turun tepat saat ia memukul.

KELELAWAR yang terhantam melengking dan terpelanting, berubah menjadi tokoh PEREMPUAN JAHAT bermake-up tebal dan beralis tajam.

PEREMPUAN JAHAT:
(sambil menggerak-gerakkan tangan di samping)
Kurang ajarss. Beraninya kau memukulkuss.

TOKOH UTAMA:
Tanganmu ngapain sih?

PEREMPUAN JAHAT:
Aku ini siluman ularss!

TOKOH UTAMA:
Bukannya tadi kelelawar?

PEREMPUAN JAHAT:
Aslinya ular. Nanti bagian bawahku dikasih animasi badan ular, deh. Percaya aja.

TOKOH UTAMA:
Kalau emang bakal dikasih animasi, kenapa tanganmu harus gerak-gerak gitu? Atau emang semua siluman ular itu ADHD?

PEREMPUAN JAHAT:
Ssssh!

TOKOH UTAMA:
Itu mendesis atau nyuruh diam?

PEREMPUAN JAHAT:
Dua-duanya! Sudahlah, jangan dibahasss! Aku kemari karena menginginkan liontinmu! Berikan padaku!

TOKOH UTAMA:
Apa? Liontin yang diwariskan Ibunda agar dijaga baik-baik tapi tidak sempat ditayangkan di awal? Mengapa kau menginginkannya?

PEREMPUAN JAHAT:
Karena--
(terdiam... melirik kanan-kiri... mengernyitkan kening...)

TOKOH UTAMA:
Ya sudah. Berantem aja yuk?

PEREMPUAN JAHAT:
Naah! Itu baru aku ngerti.

TOKOH UTAMA dan PEREMPUAN JAHAT lalu saling menyerang—-lantas digantikan oleh STUNT DOUBLE yang proporsi tubuhnya sama sekali berbeda. STUNT DOUBLE PEREMPUAN JAHAT bahkan sebenarnya pria yang memakai wig panjang.

Setelah KEDUA STUNT DOUBLE beberapa kali jumpalitan, kembali TOKOH UTAMA dan PEREMPUAN JAHAT muncul kembali.

PEREMPUAN JAHAT:
Kau jago juga. Tapi kau tidak akan bisa menahan ini.

PEREMPUAN JAHAT mengacungkan tangannya dan mengejan.

TOKOH UTAMA:
Jurus Efek Komputer Berwarna Merah? Hiat!

TOKOH UTAMA balas mengejan untuk mengeluarkan Jurus Efek Komputer Berwarna Putih. Lantas mendorong sambil berteriak.

PEREMPUAN JAHAT balas mengerang sambil menjatuhkan diri ke belakang.

PEREMPUAN JAHAT:
AAAGGH!—eh, ada batu.
(singkirin batu dulu, bersihin rumput, baru lanjut jatuh)

PEREMPUAN JAHAT kembali bangkit.

PEREMPUAN JAHAT (CONT’D):
Kurang ajar kau! Nantikan pembalasanku! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA. Eh, mesti berapa banyak ketawanya?

TOKOH UTAMA:
Tadi kebanyakan. Kalau mau kabur atau muncul, cukup lima HA.

PEREMPUAN JAHAT:
Oke. HAHAHAHA.

TOKOH UTAMA:
Satu lagi.

PEREMPUAN JAHAT:
HA!
(menghilang jadi efek komputer)

TOKOH UTAMA memegang liontin di dadanya dan memandang langit.

TOKOH UTAMA:
Liontin apakah ini sebenarnya, Ibunda?

PEREMPUAN BAIK:
Pangeran!

TOKOH UTAMA:
Siapakah Anda?

PEREMPUAN BAIK:
Saya perempuan baik. Lihat make up saya yang berbeda, terutama di bagian alis dan eyeshadow. Dan tentunya, sulih suara tokoh perempuan baik.

TOKOH UTAMA:
Mengapa kau memanggilku Pangeran? Apakah karena...

PEREMPUAN BAIK:
Ya! Ini saatnya menari diiringi nyanyian.


TAMAN BUNGA - SIANG

TOKOH UTAMA:
Ini bukannya lapangan rumput tadi, ya? Cuman semak belukarnya aja dipasangin bunga palsu?

PEREMPUAN BAIK:
Nggak akan kelihatan kok asalkan kita nggak diam di tempat terlalu lama.

TOKOH UTAMA pun berkejaran dengan PEREMPUAN BAIK sambil menyanyi.

TOKOH UTAMA:
Dan di bawah ini ada teks lagunya! Jika Anda juga seorang pemuda yang sehari-hari melawan kelelawar raksasa dan didatangi perempuan yang memanggilmu Pangeran, ikutlah menyanyi!

Lagu berakhir tanpa menjelaskan apa pun. Namun, mendadak jawabannya tidak penting karena...

PEREMPUAN BAIK:
Pangeran! Anda harus membantu ayah saya. Beliau dalam kesulitan!


HALAMAN RUMAH PEREMPUAN BAIK - SIANG

TOKOH UTAMA yang memboncengkan PEREMPUAN BAIK tiba di halaman rumah. Seorang pria berdiri di depan pintu bertangga.

AYAH PEREMPUAN BAIK:
Ah, Pangeran! Untunglah Anda datang.

TOKOH UTAMA:
Ada kesulitan apa, Ayah?

AYAH PEREMPUAN BAIK:
Mari abaikan fakta bahwa kita baru kenal tapi kau sudah menganggapku mertua.

TOKOH UTAMA:
Makanya ini fiksi, kan?

Seorang PRIA JAHAT ditemani TIGA ORANG FIGURAN datang.

PRIA JAHAT:
Hei, tua bangka. Berikan uang kami!

AYAH PEREMPUAN BAIK:
Tua bangka? Aku sama TOKOH UTAMA ini kelihatan seumuran loh. Mbok ya, improvisasi gitu. Jangan ikut skenario secara butalah.

PRIA JAHAT:
Mau gimana lagi? Aku hanya buka mulut. Yang ngisi suara kan orang lain.

TOKOH UTAMA:
Hei, jangan ganggu mereka!

PRIA JAHAT:
Oh, mau jadi pahlawan ya?

TOKOH UTAMA:
Emangnya kamu nggak?

PRIA JAHAT:
Huh, dasar aktor ganteng. Gak ngerti perasaan orang berwajah culas yang selalu kebagian peran antagonis! Hajar dia!

Setelah kira-kira lima belas menit, PRIA JAHAT dan TIGA ORANG FIGURAN pun kalah.

Muncullah PEREMPUAN JAHAT dari balik asap efek komputer sambil tertawa dan menghitung dengan jari.

PEREMPUAN JAHAT:
HAHAHA... itu tiga. HAHA! Kau pun tega menghalangi orang-orang ini?

TOKOH UTAMA:
Dasar penjahat! Mengapa kalian mengganggu orang tak bersalah?

PEREMPUAN JAHAT:
Tak bersalah? Mereka berutang loh.

TOKOH UTAMA:
Berutang?

PEREMPUAN JAHAT:
Kami ini debt collector.

PRIA JAHAT:
Nih!
(menunjukkan bukti tagihan pada TOKOH UTAMA sambil memegang pipi)

TOKOH UTAMA membuka lipatan tagihan, yang rupanya sangat panjang, hingga mencapai tanah. Matanya tampak menelusuri daftar dari atas hingga ke bawah. Semakin bawah semakin melotot.

TOKOH UTAMA menoleh pada AYAH PEREMPUAN BAIK.

TOKOH UTAMA:
Sebanyak ini?

AYAH PEREMPUAN BAIK:
(menyeringai, lantas membuka kedua tangan lebar-lebar)
PANGERAN! Kau sekarang bagian dari keluarga, kan? Bayar utang dikit nggak apa-apa kan? Demi ayahmu.

PEREMPUAN BAIK:
Lalu kita bisa mengadakan pernikahan! Yang besar! Undang sepuluh ribu orang! Lalu bikin hip-hop entrance yang diunggah di YouTube!

TOKOH UTAMA terdiam kaku.

PEREMPUAN JAHAT:
Sekalian, kembalikan liontin itu. Itu salah satu tagihan yang gak lunas oleh Ibumu. Tadinya mau nagih uang saja. Tapi bisa jadi rumahmu pun harus dijual untuk bayar utang mereka. Jadi aku amankan dulu uangku.

PEREMPUAN JAHAT melepaskan liontin dari leher TOKOH UTAMA dan mengantonginya.

PRIA JAHAT:
Ngomong-ngomong, jaketnya bagus, Bang. Buat bayaran awal dulu, ya? Nanti kami kembali dengan tim penilai rumah Abang.

PRIA JAHAT mengambil jaket TOKOH UTAMA dan pergi bersama TIGA ORANG FIGURAN dan PEREMPUAN JAHAT sambil bersenandung.

PEREMPUAN BAIK dan AYAHNYA memeluk TOKOH UTAMA yang masih terdiam kaku.

PEREMPUAN BAIK:
Bahagianya! Kebaikan memang selalu menang!


TAMAT.




SUTRADARA:
CUT! Keren. Sekarang kira-kira judulnya apa, ya?

PRODUSER:
Nggak jadi Joko Tingkir Abad 21?

SUTRADARA:
Kayaknya ceritanya udah rada gak nyambung.

PRODUSER:
Kalau gitu, Jaka Sembung Bawa Golok aja.

SUTRADARA:
Jenius!




BACA PARODI (VERSI LIMA MENIT) LAIN

Silakan klik: Daftar Parodi Versi Lima Menit.

Thursday, July 21, 2011

Hong Kong: Aturan Dan Adaptasi

Perjalanan ke Hong Kong mengajarkan tiga poin menarik. Pertama: semua harus ada aturan yang jelas dan tegas.


Menyeberang jalan, misalnya. Jika seorang pejalan kaki menyeberang saat lampu penyeberangan merah lantas ditabrak mobil, apa yang terjadi?

Kalau di Indonesia, kemungkinan besar mobil tersebut akan dibakar massa.

Kalau di Hong Kong, sang pejalan kaki akan dituntut oleh pemilik mobil. Kenapa? Karena merusak mobil. "Apalagi kalau darahnya mengotori mobil," jelas Adof, pemandu tur simPATIZone Friday Movie Mania. "Si pejalan kaki harus bayar ongkos bersihin mobil. Karena dia yang salah. Belum rugi waktu, dan sebagainya."

Terdengar tidak manusiawi? Tidak juga. Karena aturannya jelas: yang bersalahlah yang bertanggung jawab. Dengan begitu, setiap orang dituntut bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Tidak ada alasan.

"Saya kan nggak mampu bayar denda." Ya jangan melanggar. Gampang.
"Situ kan enak, bisa beli mobil. Saya kan cuman bisa beli motor." Apa hubungannya? Jadi kondisi keuangan membuat kita boleh melanggar aturan? Apakah nanti sebaiknya ada rambu: "Dilarang Parkir, kecuali bagi yang gajinya di bawah UMR"?

Kedua, di Hong Kong ada perbedaan jelas antara "salah" dan "melanggar aturan".

Contoh: merokok itu tidak salah. Merokok, di luar kontroversi mengenai efek candu atau merugikan bagi kesehatan, adalah hak pribadi. Jadi tidak salah.

Tapi, aturan merokok di Hong Kong itu ketat. Ada tempat-tempat tertentu untuk merokok. Misalnya di sekitar tempat sampah berbentuk LPG seperti terlihat di samping. Merokok di luar tempat itu, bisa merugikan hak orang lain (yang jadi perokok pasif), sehingga pelaksanaannya diatur. Merokok di lift, misalnya, akan didenda 5.000 dolar Hong Kong (sekitar 5 juta rupiah). Karena ini adalah pelanggaran aturan dan bukan kesalahan, pelanggar cukup berhenti melakukannya dan bayar denda. Beres.

Sedangkan merusak properti atau membunuh orang adalah kesalahan. Kalau itu dilakukan, langsung ditangkap dan diproses secara hukum.

Ketiga, aturan bisa berubah seiring kebutuhan. Apalagi kalau banyak protes dari warga berkaitan pelaksanaannya. Aturan dilarang parkir, misalnya. Ketika banyak protes dari pemilik bisnis yang membutuhkan lahan parkir bagi tamu, aturan itu bisa berubah. Lantas diresmikan dengan penandaan lahan parkir. Dan pengalihan jalur jalan menjadi satu arah. Itu pun rutenya sudah diteliti agar arus lalu lintas tetap stabil.

Poin ini menunjukkan konsep pemerintah yang ideal: tegas mengatur untuk kepentingan warga. Namun, tetap mendengarkan kebutuhan warga saat pelaksanaannya. Dan beradaptasi untuk menemukan bentuk yang cocok.

Bukan berarti pelaksanaan sistem ini di Hong Kong sudah ideal. Praktiknya tetap saja ada pelanggaran. Saat kami baru tiba di bandara internasional Hong Kong saja, supir bus kami sudah melanggar dua aturan: membawa troli keluar dan ngetem (padahal tidak boleh).

Tetap saja, secara konsep sistem ini lebih baik, daripada pemerintahan yang, sebagai contoh, membiarkan warganya melanggar aturan marka busway karena tidak mau terlihat buruk.

Sunday, July 17, 2011

#StandUpNite: Mengobarkan Kepercayaan Saya Terhadap Komedi Indonesia

KompasTV, mulai bulan Juli ini mengadakan audisi untuk kompetisi Stand Up Comedy Indonesia. Acara ini kira-kira seperti versi lokal Last Comic Standing. Audisinya diadakan di sejumlah kota besar. Dan para kontestan yang lolos akan mulai berkompetisi di acara televisi nantinya.

Ernest Prakasa, salah seorang peserta audisi, dan sesama penggemar komedi tunggal (padanan Indonesia untuk stand up comedy), mengajak sejumlah orang untuk menjajal sesi open mic (panggung terbuka bebas untuk siapa pun yang ingin mengisi, biasanya untuk stand up comedy) di Comedy Cafe Kemang, Jakarta. Berawal dari ajakan ke sesama teman, berlanjut ke Twitter, dan kabarnya merambat kian tak terkendali.


Akhirnya ada 8 orang yang sepakat ikutan mengisi open mic pada hari Rabu, 13 Juli 2011, mulai jam 8 malam. Diurutkan berdasarkan tampil: Ernest Prakasa, Arief Budiman, Intan Anggita Pratiwie, Asep Suaji, Ryan Adriandhy, Isman H. Suryaman, Pandji Pragiwaksono, dan Raditya Dika.

Tempat Comedy Cafe yang hanya dirancang untuk sekitar 30-an orang pun jadi penuh sesak karena sekitar 60-an orang memadati lokasi. Banyak penonton yang hanya menengok dari luar ruang. Dan itu pun mungkin lebih dari 30 orang tidak jadi masuk karena melihat tempat penuh.

Senang sekali melihat animo terhadap komedi tunggal di Indonesia ternyata sangat tinggi. Karena selama ini terlihat hanya sebagai ceruk yang terlalu kecil. Mungkin selama ini baik para penggemar maupun pelakunya tersebar di mana-mana dan belum bersilang jalan. Media sosial seperti Twitterlah yang ternyata mampu mempertemukan keduanya.

Komedi tunggal, seperti kata Pandji dalam sesinya, "Bisa merupakan media kritik yang baik." Seperti dicontohkan oleh Ernest dalam materinya yang mengkritik sinetron, "Cobain deh bertingkah laku kayak pemain sinetron sehari. Capek, kan?" Atau Raditya Dika yang mengkritik sinetron laga Indosiar, "Ngapain dia naik elang ke pasar? Emangnya di pinggir gak ada ojek? Emangnya di pasar ada 'Tempat Parkir Elang'?"

Iwel, seorang pionir komedi tunggal di Indonesia yang ikut naik ke panggung terakhir, juga menyampaikan, "Kalau lawak Indonesia selama ini menertawakan kebodohan pelakunya, stand up comedy justru menertawakan kecerdasan pelakunya."

Walaupun komedi tunggal juga menertawakan diri, tetap saja dengan cara yang cerdas. Asep Suaji mencontohkan ini ketika dia menceritakan saat dia berpacaran dengan seorang akuntan, "Dia panggil gue Aset!"

Acara berakhir dengan semangat dan harapan tinggi yang kembali berkobar. Semoga api ini terus merambat dan menjalar, hingga saat komedi tunggal menjadi bagian penting dari dunia komedi Indonesia.

Rekaman penampilan kedelapan orang tersebut bisa dilihat di: www.youtube.com/standupcomedyindo

Catatan: Selain kedelapan nama di atas, masih muncul juga Jati (yang juga ikut audisi) dan Iwel. Sayang sekali, batere kamera perekam Ernest sudah habis sehingga penampilan keduanya gagal diabadikan.




UPDATE:
  • Rekaman penampilan saya dibagi dua. Sila klik saja: Bagian pertama. Dan bagian kedua.

  • Akan ada #StandUpNite di Bandung! Tunggu kabarnya, ya! Dan bagi yang tertarik untuk ikutan tampil, kontak saja ke Twitter @standUpIndo, cc ke @ismanhs

  • Komunitas Komedian Tunggal Jogja juga akan segera mengadakan #standUpNite, pada Rabu, 20 Juli 2011. Di Toko Buku Togamas Gejayan, Jogjakarta. Mulai jam 20.30 waktu setempat. Untuk informasi lebih lanjut, kontak Imot di akun Twitter @oomimot.

Sunday, July 10, 2011

Bisa Nonton Transformers 3? Dari Hong Kong!

Sudah beberapa minggu terakhir saya belum menulis parodi film versi lima menit baru. Alasannya: minim film bioskop baru akibat masalah pajak importir.

Karena itu, begitu muncul berbagai brand yang menawarkan kuis dan semacamnya untuk nonton film bareng di luar negeri, saya termasuk yang paling bersemangat. Salah satu yang saya ikuti adalah simPATI, dengan program simpatiZone Friday Movie Mania, nobar Transformers: Dark of The Moon di Hong Kong.

Singkat cerita (karena prosesnya panjang, meliputi berbagai bujuk rayu oleh mitra hidup saya, Primadonna Angela), saya termasuk yang diajak ke Hong Kong (dan langsung kalang kabut ngepak barang dalam semalam karena besoknya berangkat).



Seharusnya ada peringatan bagi wisatawan: "Siap-siap bergadang." Karena ada saja bagian Hong Kong yang tetap aktif walaupun sudah dini hari. Saya akan bahas dalam beberapa tulisan ke depan. Tapi untuk saat ini (karena saya baru kembali di Indonesia): tiduuur.