Friday, February 25, 2011

Peperangan Airsoft Gun: Simulasi Dengan Istilah Menyesatkan

A. Seperti Digigit Nyamuk Purba
------------------------------------------------

Hal pertama yang perlu kita pahami: istilah airsoft gun itu menipu. Kalau kena tembak, tidak ada lembut-lembutnya sama sekali. Seharusnya istilahnya diganti jadi air-ouch gun.

Paintball? Sama aja. Harusnya painball.

Kantor saya, Divusi, mengadakan acara outing pada tanggal 21-22 Februari 2011. Pada hari kedua, seluruh peserta dibagi ke dua grup. Sebagian rafting, sebagian lagi menunggu sambil simulasi perang dengan airsoft gun. Kata kunci yang ditekankan itu "simulasi". Bukan "perang". Kalau ini peperangan betulan, kedua pihak sudah menandatangani perjanjian perdamaian selama lima puluh tahun ke depan atas dasar enggan kesakitan.

Saya masuk dalam rombongan yang ikut airsoft setelah rafting. Dalam keadaan basah kuyup, kami disambut dan dibagi jadi empat regu oleh seorang instruktur. Ia kemudian mengangkat sebuah Uzi. Melihat ekspresi para peserta yang menegang, ia berkata, “Tenang saja! Kalau kena, hanya seperti digigit nyamuk kok.”

“Tepatnya digigit nyamuk, terus dipukul oleh raket listrik yang sedang menyala,” komentar saya.

“Hahahaha,” tawa Sang Instruktur; tapi tidak membantah. Ia kemudian memegang Uzi dan mendemonstrasikan cara menembaknya ke semak-semak. “Set di single,” ia menembak. DET! Satu peluru melesak ke semak-semak.

“Aw!” komentar Dany, seorang rekan kerja berbahu lebar.

“Set di burst!” ujar Sang Instruktur. DREDEDEDEDEDEDEDET! Entah berapa peluru melesak ke semak-semak.

“Aw! Aw! Aw! Aw! Aw! Aw! Aw! Aw!” komentar Dany lagi.

“Ya, kira-kira begitu. Ada pertanyaan?” tanya Sang Instruktur.

Saya mengangkat tangan, “Gimana caranya melolong kesakitan kena tembak sambil tetap jaga wibawa?”

“Nggak mungkin,” jawab Instruktur.

“Oke. Hanya memastikan.”


B. Pertempuran Pertama: Disiplin dan Keamanan
-----------------------------------------------------------------------

Kemudian sang instruktur memberi sejumlah panduan lagi terkait disiplin dan keamanan (safety); dua kunci dalam peperangan airsoft. Terutama berkaitan batas lima meter untuk Freeze (musuh yang ditodong saat lengah otomatis dianggap mati) dan mundur saat berhadapan terlalu dekat (di bawah sepuluh meter).

Setelah itu, mulai. Regu Merah (Dany, Husain, Cecep, Him, Dika, Dita, Novi) melawan Regu Kuning (Destira, Yessi, Maya, Anggy, Dani, Jimmi, Misroza). Saya dan yang lain menonton dari “tribun” atas; pinggir suatu kebun yang terletak sekitar 10 meter di atas medan peperangan, dan sebagian dilindungi jaring.

Dari atas, terlihat Regu Merah cukup niat dalam menggunakan taktik: berbagi senjata sesuai peran. Mana yang jadi penembak jitu (sniper), mana yang jadi penyerang (point man), dan mana yang figuran (bagi-bagi senjata saja pake hom pim pa).

Sementara Regu Kuning terlihat lebih strategis lagi: berkumpul sekali lantas Jimmi, yang bertubuh paling besar, berbicara: “Kalian majulah, nanti aku lindungi.”

PRIT! Peperangan dimulai. Regu Kuning langsung menyeruak maju!...
...
... Sementara Jimmi Sang Pelindung tetap berdiri di belakang. Rupanya lindungan dia berbentuk doa.

Belum lima detik sudah terdengar suara tembakan beradu. Sayangnya tidak terlihat apa-apa karena semak-semaknya sangat lebat.

“Ke sini saja, Mbak,” ajak seorang panitia yang sedang berlindung di balik jaring pada Ryan, rekan satu regu saya. “Nanti kena peluru.”

“Emang bisa nyampe ke setinggi ini, ya?” tanya saya.

“Bisa kok,” ujar Fiqi, seorang rekan kerja yang mengenakan kacamata. Dia menunjuk pipi, “Ini tadi baru saja kena peluru mental.”

Serentak kami dengan penuh keberanian langsung ikut meringkuk di balik jaring.

Dalam waktu yang singkat dua orang Regu Merah sudah kena tembak dan keluar dari lapangan. “Cepat amat!” ujar saya. “Siapa tuh yang--”

Seakan-akan menjawab pertanyaan, Anggy Sang Pemuda Harapan Bangsa yang Berkumis dan Ahli Bergitar menyeruak dari balik perlindungan dan mengendap-endap maju. Ia berhasil menodong Dita yang tidak menyadari kedatangannya. “Freeze!” teriak Anggy.

Sebagai pemudi bertubuh mungil yang sopan santun dan ramah, Dita dididik keluarganya untuk selalu membalas salam... dengan tembakan burst. DREDEDEDEDEDET!

“Aw! Aw! Aw! Aw!” lenguh Anggy pasrah.

Namun, sesuai peraturan, Dita dianggap hit dan harus keluar area.

Kembali serius, inilah kenapa disiplin dalam permainan airsoft gun sangat berkaitan erat dengan keamanan. Dalam kondisi adrenalin tinggi pun, kita perlu tetap bisa mengendalikan diri dan pikiran. Kalau tidak, bisa membuat orang lain atau diri sendiri celaka.

Tidak berhenti di situ, Anggy maju, menembak. Satu orang lagi hit. Ia kemudian maju lagi. Berlindung. Menembak. Orang kelima pun keluar lapangan. Ternyata pengalamannya dalam bermain CounterStrike berpengaruh juga. Bahkan ada satu orang yang kena headshot walau tanpa sengaja.

Tinggal satu orang lagi: Himawan Sang Penulis dan Pencinta Bambu. Tanpa ragu, Anggy mendekat dan menghilang dari pandangan. Terdengar tembakan. Tapi masih belum ada perkembangan. Saya sempat curiga jangan-jangan pada rehat dulu merokok. Eh, ternyata Anggy pun keluar dan mengangkat senjata. Rupanya gantian dia yang terkena.

Namun, karena tinggal satu orang melawan banyak, hanya masalah waktu hingga akhirnya Him pun terkena. Dan Regu Kuning pun menang! (Catatan pinggir: Saya lihat Jimmi akhirnya berhasil maju sekitar lima langkah. Kemajuan besar!)


C. Pertempuran Kedua: Pantat Adalah Kunci
-----------------------------------------------------------

Giliran dua regu berikutnya. Bagi orang lain, tantangan permainan airsoft gun mungkin adalah pengendalian diri atau penggunaan senjata. Sedangkan bagi saya, tantangan terbesar adalah: menemukan seragam yang muat.

Serius. Walaupun Sang Instruktur berkeras bahwa seragam ini semuanya one size fits all, kenyataannya ukurannya berbeda-beda. Persamaannya hanya satu: tidak muat. Seperti kata seorang rekan, Satrio, ini lebih cocok “One size fits some.”

Akhirnya menemukan baju yang muat. Celana sih lupakan. Terpaksa mengenakan celana tiga perempat. Padahal aturannya adalah “Kalau jarak dekat, bidik ke kaki.” Saya hanya bisa berharap bulu kaki bisa menjadi peredam sakit yang ampuh. Setidaknya di film Oma Irama tahun 80-an, bulu dada terbukti ampuh menahan pukulan. Seharusnya bulu kaki juga bisa.

Hal yang perlu dipertanyakan: kenapa orang dengan logika seperti saya di atas diperbolehkan memegang senjata? Entahlah. Itu memang misteri Ilahi. Kalau saya jadi pembuat undang-undang, hanya orang yang lulus tes akal dan mental sehat yang boleh memegang senjata. Semakin ngaco cara berpikir atau mentalnya, pegang raket listrik pun melanggar hukum.

Kembali ke airsoft gun. Sesuai tradisi, sebelum terjun ke medan perang, semua prajurit yang siap bertempur wajib... foto-foto dulu. Berpose gagah, ceria, tanpa sadar memegang senjatanya terbalik. Regu Kuning (Widi, Ocha, Ferdian, Yun, Satrio, dan Fiqi) melawan Regu Merah (Andi, Husein, Isman, Angke, Ryan, Iim).

Setelah kedua regu dipisahkan, saat berembug strategi perang: “Ada yang bisa jadi point man nggak?” tanya saya.

“Apaan tuh?” tanya Andi, Ryan, dan Iim.

“Oke,” angguk saya. “Berarti kita nggak usah pake strategi aja, ya? Bertahan aja deh.”

“Siaaap!” terucap serempak. Saya hanya bisa bersyukur bawa salep Counterpain. Seperti pepatah: sedia salep sebelum kena tembak.

“Pertama-tama, matematika sederhana dulu,” lanjut saya. “Lawan ada enam orang. Peluru kita masing-masing 200 butir. Berarti kita ada jatah kira-kira 30-an peluru untuk menembak satu orang.”

“Maksudnya?” tanya Ryan.

“Selalu set senjata ke burst,” seringai saya. “Foya-foyaaaa!”

Pertempuran pun mulai. Dilema pertama muncul: menyelinap di semak-semak atau di balik perlindungan? Penyair Robert Frost pernah menulis, “Saya mengambil jalan yang lebih jarang dilalui... dan itulah yang membuat perbedaan.” (“I took the [road] less traveled by, And that has made all the difference.”)

Berarti: semak-semak! Tapi baru lirik sebentar, durinya sudah siap menyambut seperti rahang ikan hiu. Oke. Beberapa jalan memang jarang dilalui karena memang lebih masuk akal untuk menghindarinya!

Saya pun memilih perlindungan. Baru nengok sebentar, sudah ada berondongan peluru yang menghantam plastik. Di saat itu, sebenarnya saya terjebak. Karena dari situ tidak bisa pindah ke tempat lain tanpa menggoda lawan untuk memberondong. Dan mari jujur saja, ukuran tubuh saya akan _sangat_ menggoda.

Untung saja, ada bantuan tembakan dari semak-semak; rupanya Husein Sang Pemrogram Berekspresi Datar Namun Bersuara dan Bergitar Secara Ekspresif. Sehingga siapa pun yang menembaki saya mendadak jadi amnesia; lupa ada saya di situ. Dia maju ke depan sehingga tepat di hadapan saya yang sedang tiarap... sambil memegang senapan. Saya tinggal angkat dikit, tembak. Kena.

“Nyawamu bertambah bentar, Man,” gumam saya. Seakan-akan menjawab, sebuah peluru hampir mengenai pantat saya. Saya langsung meringkuk di balik perlindungan. Rupanya saya membuat kesalahan yang hampir fatal: berlindung di balik plastik tapi melupakan bahwa pantat saya menongol keluar—tinggal dicat lingkaran dengan nilai 0 – 100.

Lalu saya mengintip lagi dan kembali menyadari satu hal. Kami semua amatir! Jadi kesalahan saya pun dilakukan oleh tim lawan juga. Ada satu pantat dan sepasang kaki yang menjulur dari balik perlindungan di depan saya.

Di benak saya langsung berkumandang lagu Desy Ratnasari, “Tanpa undangan, dirimu kutembakkaaaaan!” DREDEDEDEDEDEDEDEDEDET! Dan tentunya, dengan kemampuan saya yang sangat mumpuni... semuanya meleset.

Untungnya, lawan masih belum sadar, sehingga saya punya kesempatan beberapa kali mencoba. Satu kena. Seorang lagi di semak-semak terkena oleh rekan setim. Dan dua orang lagi entah kena dari saya atau rekan setim. Tidak penting. Yang penting itu berarti... TINGGAL SEORANG LAGI!

Kalau dalam film aksi, inilah saatnya di mana tokoh utama yang tinggal sendirian mendadak jadi piawai dan mengalahkan semuanya. Sayangnya, ini dunia nyata. Dan sang tokoh utama sendirian itu Fiqi, yang saat jadi penonton saja sudah kena peluru. Apalagi jadi pemain.

Regu Merah menang dengan satu korban: Husein. Jasa-jasanya tidak akan kami lupakan... maksimal selama lima menitlah.



D. Selalu Ada Pembelajaran
-----------------------------------------

Dari pertempuran yang sangat singkat itu, saya mendapatkan begitubanyak pelajaran:

  1. Fisik memang menentukan prestasi
  2. Tapi keberuntungan sama pentingnya
  3. Apalagi kalau sama-sama amatiran
  4. Darah itu merah, Jenderal!
  5. Awan itu putih, Kopral!

Kembali serius, inti dari pertempuran airsoft gun adalah refleksi diri dan kerja sama tim dalam kondisi kritis. Apakah kita bisa tetap berpikir dan bertindak sesuai situasi? Atau justru disetir situasi? Seperti apakah kita dalam kondisi ketakutan? Sempatkah kita memikirkan tim/orang lain, atau sekadar keselamatan diri?

Dan yang terpenting: apakah pantat saya menongol di tempat yang tidak semestinya?

Apa Yang Kita Sampaikan Dari Perbuatan Kita?

Menjelang malam Minggu lalu saya mengantar pulang teman yang sedang sakit kepala. Sepanjang perjalanan sesekali mengaduh karena campur migren. Tapi di suatu belokan, ia mendadak minta berhenti.

"Ada apa?" tanya saya cemas, "Mau muntah?"

"Nggak," gelengnya lemah. "Lihat ada lumpia goreng jadi tergoda."

"Halah!" ujar saya. "Dasar perut Melayu. Udah sakit kepala tingkat dewa aja, perutnya masih ada pikiran sendiri."

Kami pun turun. Gerobak lumpia goreng itu terletak di kelokan. Di sekelilingnya, warung makanan mulai buka mempersiapkan jualan. Anehnya, gerobak itu tampak kosong, tak terjaga.

Lihat kanan-kiri. Tidak ada orang yang peduli kami berdiri di samping gerobak itu. "Misi, Mas," sapa saya pada seseorang yang sedang mendirikan tenda berjualan gudeg. "Yang jaga lumpia ke mana, ya?"

"Oh," dia juga menengok kanan dan kiri. "Kayaknya salat, Mas. Tunggu aja."

Saya melirik teman saya yang memegangi keningnya. "Nanti lagi, deh. Gua anterin pulang dulu, ya?"

"Nggak apa-apa, gue di sini aja," ucapnya. Ia lalu menyandar ke pagar.

"Lu pulang aja, Man."

"Hah? Ketahuan gue ninggalin lu di sini lagi kepayahan gitu? Dibunuh bini lu ntar."

Dia hanya menjulurkan lidah.

"Eh serius," lanjut saya. "Gue anterin. Nanti gue ke sini lagi deh, beliin kalau segitu maunya."

Dia hanya menggeleng sambil memejamkan mata. Kalau sudah begini, saya menyerah. Mau Indonesia ikutan perang dunia juga, dia paling hanya cari tempat perlindungan dan nunggu. Jangan-jangan malah update Twitter, "Kalau ada yang ketemu tukang lumpia goreng, tolong kasih tahu ya, gue lagi nunggu."

Akhirnya saya temani. Tanpa bersuara. Langit semakin menggelap. Hingga sekitar 20 menit, sang penjual lumpia pun datang. Ia lantas membeli dua puluh, minta dipisah dalam dua kantung berisi sepuluh.

Kembali dalam mobil, saya berkomentar dalam perjalanan, "Buat siapa sepuluh lagi?"

Dia terkekeh sambil memejamkan mata, "Udah ngiler, pake nanya."

"Makasih kalau gitu," kata saya. "Tapi ngapain ngotot banget sih nungguin? Kan udah gua bilang, gue bisa balik lagi."

"Tapi jadinya ngasih pesan yang keliru, Man," jawabnya, masih memejamkan mata.

"Pesan apaan? 'Aku cinta lumpia'?"

Ia mengekeh lagi, "Nanti bikin tukangnya ngira hilang rezeki karena salat."

DEG! Jantung saya serasa ditabuh. Mobil saya tetap mengarungi jalan menuju komplek perumahannya. Namun pikiran saya melayang ke kilas balik peristiwa tadi. Saya sama sekali tidak terpikir sampai ke sana. Sang penjual meninggalkan dagangannya untuk beribadah, dengan penuh kepercayaan bahwa rekan-rekannya akan saling menjaga. Dan juga rezeki tidak akan hilang.

Namun, jika ratusan orang berbuat seperti saya, yang datang saat dia tidak ada lalu meninggalkannya karena tidak sabar, itu bisa jadi malah membuat dia goyah. Atau menunjukkan ke rekan-rekan penjual lain: tidak ada gunanya beribadah--hanya mengusir pelanggan. Apakah itu yang mau saya sampaikan pada orang lain?

Berapa banyak di antara kita yang pernah menyela antrean? Jika kita berhasil melakukannya, senangkah? Bisa jadi. Namun, pesan yang muncul bagi orang yang ngantre dengan tertib adalah: "Tertib tidak ada gunanya. Malah rugi." Ke depannya, bisa jadi orang yang tertib jadi tidak karena itu.

Keterlambatan juga sama. Ada orang yang datang dari sejam lalu. Tapi acara ditunda setengah jam karena menunggu orang yang terlambat. Jika ini dibiarkan, pesan apa yang muncul? "Tepat waktu tidak ada gunanya. Rugi." Dan itu baru dua contoh.

Masih dipenuhi rasa bersalah, saya menoleh padanya. Teman saya masih berbaring di jok dengan mata terpejam. "Padahal lu..." Saya berhenti.

Dia membuka mata, "Gue kenapa?"

"Nggak apa-apa," ralat saya. "Cuman jelek. Tapi itu emang gak ketolong dari dulu."

"Gue hadir di dunia biar lu gak sendirian dalam kejelekan lu, Man," balasnya tanpa membuka mata.

Yang sebenarnya saya ingin katakan adalah, "Padahal lu bukan muslim." Tapi bertahun-tahun bersahabat dengannya, saya sudah sering melihatnya menentang keras penggunaan agama atau kepercayaan sebagai label. Beberapa kata tidak perlu diucapkan.

Dan beberapa pesan justru lebih jelas dan lantang disampaikan melalui tindakan. Hari itu saya kembali diingatkan oleh sang teman, yang susah payah menahan sakit kepala dan bersabar menunggu demi menyampaikan satu pesan: "Apa yang kamu lakukan itu bagus. Teruskanlah!"

Dan juga pada saya: "Jangan hanya berbicara melalui ucapan. Namun juga dari tindakan."

Sunday, February 13, 2011

Sinetron Supergirl (Dalam Lima Menit)






PERINGATAN PENTING!
(Tulisan di bawah ini akan memuat plot dan alur cerita utama, sehingga bisa merusak pengalaman Anda menonton seri Supergirl ini untuk selama-lamanya...
.
.
.
.
...Hahaha! Tentu saja saya bercanda. Tidak mungkin bisa lebih rusak lagi daripada aslinya.
)




INT. RUMAH MANOHARA - SIANG HARI
SAUDARA JAHAT #1:
Gue ingin ngejahatin Manohara.

SAUDARA JAHAT #2:
Atas alasan apa?

SAUDARA JAHAT #1:
Alasan?

SAUDARA JAHAT #2:
Oh, sori. Sekilas saya ngira sinetron ini ada logikanya. Maap, maap.

MANOHARA (SEBAGAI TOKOH YANG NAMANYA TIDAK PENTING):
Ada apa? Aku selalu ada di sekitar kok kalau diperlukan untuk sasaran marah-marah.

SAUDARA JAHAT #2:
SAPU HALAMAN!

SAUDARA JAHAT #1:
JANGAN KEMBALI SEBELUM BERES!

MANOHARA:
Baik.


EXT. HALAMAN RUMAH MANOHARA - SIANG HARI

Selagi menyapu halaman, MANOHARA bertemu BAYU KUSUMA NEGARA.

BAYU KUSUMA NEGARA:
Halo, Manohara. Saya akan selalu mengajakmu berbicara dan membuat SAUDARA JAHAT #3 untuk semakin membencimu.

MANOHARA:
Terima kasih.

BAYU KUSUMA NEGARA:
Apa lagi gunanya aktor pendukung ganteng satu-satunya? Sampai ketemu lagi!

Saat BAYU menghilang, mendadak hujan. MANOHARA hendak masuk rumah. Tapi pintunya terkunci.

MANOHARA:
Astaga! Bagaimana aku harus berteduh?

Untuk menunjukkan bahwa ini HUJAN YANG SANGAT DERAS DAN BERBAHAYA BAGI KESEHATAN, muncullah EFEK SUARA GURUH DUA KALI. Seakan belum cukup, arah hujan mulai tidak konsisten. Ada yang mengarah kanan, ada yang mengarah kiri.

MANOHARA (CONT'D):
(berteriak ketakutan)

Saking takutnya, MANOHARA melupakan fakta bahwa ada yang namanya pinggiran atap. MANOHARA pun mencari perlindungan keluar. Dan tentunya, seperti layaknya komplek perumahan mewah, selalu ada sawah dan... gua.

MANOHARA (CONT'D):
Oh, ada gua! Selama ini aku nggak sadar.


INT. GUA (YANG SEHARUSNYA) TERSEMBUNYI - SIANG HARI

Saat memasuki gua, mendadak ada GEMPA BUMI. Seisi gua bergoyang-goyang.

MANOHARA (CONT'D):
Gempa ini berbahaya sekali!

Untuk menunjukkan bahayanya, ada sejumlah STALAKTIT BERJATUHAN yang anehnya meledak jadi abu. Memanfaatkan pengalaman bertahan hidupnya selama ini, MANOHARA langsung mengambil keputusan...

MANOHARA (CONT'D):
Aku harus masuk lebih ke dalam!

BATU-BATU STYROFOAM menutupi pintu masuk gua. BATU STYROFOAM lainnya menggelinding, sehingga tampak sebuah PETI YANG DIPILOX COKELAT di ujung gua.

MANOHARA (CONT'D):
(menggigil kedinginan) Siapa yang menaruh peti dipilox cokelat di sini?

Ia membuka peti yang ternyata berisi sepotong baju longgar.

MANOHARA (CONT'D):
Ini baju siapa?
(menoleh ke kanan dan ke kiri)
Baiklah. Karena aku kebasahan dan kedinginan, aku akan mengenakan baju ini. Dan karena ini akan ditonton anak-anak, aku akan melapisi baju yang basah dengan ini.

PENONTON:
(syok)
Ini akan ditonton anak-anak!?

Setelah mengenakan pakaian longgar itu, MANOHARA juga menemukan topeng.

MANOHARA (CONT'D):
Wah, badanku mulai hangat. Dan tentunya akan lebih hangat lagi kalau pake topeng!

Ia pun mengenakan topeng itu, yang langsung melekat. Muncullah EFEK DIGITAL yang membuat kostum itu jadi pas di tubuh MANOHARA dan baju basah yang tadi dilapis menghilang. MANOHARA pun menjadi SUPERGIRL!

Saat terkaget-kaget, MANOHARA menemukan satu barang terakhir dalam peti: sebuah buku bertuliskan "Buku Petunjuk Baju Sakti".

MANOHARA (CONT'D):
Hahaha! Mana ada orang Indonesia yang baca buku panduan barang?

Berkat BAJU SAKTI, MANOHARA menyadari bahwa BATU STYROFOAM yang menghalangi jalan keluar gua ternyata ringan dan bisa mengangkatnya dengan mudah. Ia pun keluar.

Dari ujung gua, muncullah RUBEN ONSU, kurcaci BERKOSTUM MAD HATTER versi Johnny Depp, diiringi MUSIK PIRATES OF THE CARRIBEAN.

RUBEN ONSU:
Astaga! Siapa yang mengambil baju sakti itu! Kembalikan baju itu!

KILAS BALIK menunjukkan SEORANG PRIA SEDANG DUDUK dalam gua dan berbicara pada RUBEN ONSU.

RUBEN ONSU:
Terima kasih telah menyelamatkan nyawaku dari para ilmuwan, Pak Dahlan! Anda pahlawan bagi saya. Sayangnya, selera pemberian nama Anda...

PAK DAHLAN:
Kenapa dengan nama pemberianku, Bodong?

RUBEN ONSU:
...Tidak apa-apa, Pak. Bagus kok. Bener.
(mengela napas)
Soalnya saya berhutang nyawa pada Anda.

PAK DAHLAN:
Bayarlah dengan menjaga baju sakti ini, Bodong! Jangan sampai diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Apalagi seperti Mister Black!

RUBEN ONSU:
Itu yang ngasih nama dia, Bapak juga?

PAK DAHLAN:
Ada masalah?

RUBEN ONSU:
Nggak. Nggak ada sama sekali. Siap jaga dengan nyawa saya taruhannya!
(bergumam)
Walau mengherankan bahwa Bapak bisa membuat kostum berkekuatan super tapi tidak bisa membuat sistem keamanan yang lebih bagus daripada sebuah gua, peti dipilox cokelat, kunci gembok yang tidak bekerja, dan kurcaci sebagai petugas keamanan. Apalagi karena tinggi saya hanya lima belas sentimeter. Jelas saja memang nyawa taruhannya.

PAK DAHLAN:
Kamu ngomong sesuatu, Dong?

RUBEN ONSU:
Ah, itu perasaan Bapak saja.

KILAS BALIK berakhir dengan RUBEN ONSU meneriaki MANOHARA yang mengenakan kostum.

RUBEN ONSU:
Kembalikan baju itu!


EXT. LUAR GUA - SIANG HARI

SUPERGIRL MANOHARA menapaki rerumputan di luar gua dengan takjub.


SUPERGIRL:
Dengan kekuatan baju ini, saya akan mencari Papa!
(mengambil ancang-ancang terbang)
Bismillahirohmanirrahim.


SUPERGIRL MANOHARA yang belum bisa mengendalikan kekuatannya melompat dan menyangkut di pohon kelapa. Dari situ, dia bisa melihat bahwa gempa tadi ternyata menyebabkan sejumlah kebakaran di banyak rumah.

Dengan kekuatan supernya yang baru, SUPERGIRL pun bersalto, melompati gedung perkantoran tinggi, ke ARAH BERLAWANAN.


PENONTON:
Sebentar. Kok ada gedung perkantoran tinggi di dekat gua?


Muncul DORA THE EXPLORER.


DORA:
Gua. Pohon kelapa. Gedung tinggi. Rumah! Gua. Pohon kelapa. Gedung tinggi. Rumah!



EXT. RUMAH MANOHARA - MALAM HARI

Dan SUPERGIRL MANOHARA pun tiba di rumahnya, pas saat SAUDARA JAHAT #1 dan SAUDARA JAHAT #2 sedang memaksa ADIK MANOHARA untuk mengangkat pintu yang terjatuh.


SAUDARA JAHAT #1:
TIDAK BECUS KAMU!

SUPERGIRL:
Anak ini tidak salah. Memang pintu itu terlalu berat untuk diangkat seorang diri saja.

SAUDARA JAHAT #1:
Mari kita abaikan fakta bahwa kamu berkostum seperti penyanyi dangdut dan langsung ke pertanyaan utama: memangnya kamu bisa?

SUPERGIRL:
Akan saya coba, Tante.


MANOHARA mengangkat pintu dengan mudah.


SUPERGIRL:
Kamu tidak apa-apa, Putri?

ADIK MANOHARA:
Tahu dari mana nama saya Putri?


SUPERGIRL MANOHARA kaget. EFEK SUARA menajam. MUSIK mengiringi panjang. KRISIS pertama tokoh utama sudah muncul!


SUPERGIRL:
Tadi kan kamu dipanggil Putri. Begitulah saya tahu nama kamu.


KRISIS teratasi!

SUPERGIRL pun pergi.


EXT. GEDUNG PERKANTORAN TINGGI - SORE HARI

Tanpa alasan yang jelas, seorang perempuan yang ternyata SAUDARA JAHAT #3, bergantung di tengah-tengah gedung.


SAUDARA JAHAT #3:
TOLOOONG!


BAYU KUSUMA NEGARA berada jauh di bawah, di depan lobi gedung perkantoran, tampak sedang ditahan oleh DUA ORANG PETUGAS SATPAM.


BAYU KUSUMA NEGARA:
BERTAHANLAH! Kami akan menolongmu! Untuk sementara, berharaplah bahwa tidak ada yang menyadari kalau tadi malam kok sekarang jadi sore!

PENONTON:
Dah nyadar tuh.

SAUDARA JAHAT #3:
TOLOOONG! Saya tidak mau jatuh!


BAYU KUSUMA NEGARA masih di depan lobi gedung perkantoran. Dan MASIH ditahan oleh DUA ORANG PETUGAS SATPAM.


PETUGAS SATPAM #1:
Jadi masalahnya itu karena mau jatuh tapi orangnya tidak mau, gitu ya?

PETUGAS SATPAM #2:
Kalau tidak mau, berarti kita tinggal membujuknya supaya mau aja. Beres, kan?

BAYU KUSUMA NEGARA:
KAMI SEGERA MENOLONGMU! SEGERA!
(ke DUA ORANG PETUGAS SATPAM)
PAK TOLONG TAHAN SAYA! TAHAN SAYA!

SUPERGIRL mendadak muncul, lompat tinggi, membentur kaca gedung, dan menempel. Bisa jadi karena salah satu bagian dari kostumnya adalah hak tinggi. SUPERGIRL lantas melompat kembali dan menolong SAUDARA JAHAT #3 sebelum jatuh.

SAUDARA JAHAT #3 menunjukkan rasa terima kasihnya dengan mengajak kenalan.


SAUDARA JAHAT #3:
Siapa nama kamu?

SUPERGIRL:
Nama saya Supergirl.

SEMUA ORANG:
Ooooh. Supergirl.

SAUDARA JAHAT #3:
Kostum kamu bagus, beli di mana? Hahaha, bercanda. Lompatnya hebat. Atlet, ya? Kapan-kapan kita makan bareng, yuk?


MANOHARA panik. EFEK SUARA menajam. MUSIK mengiringi panjang. KRISIS keduanya sebagai SUPERGIRL sudah muncul!


SUPERGIRL:
(dalam hati)
Kalau aku mau, bisa-bisa ia nanti mengenali diriku. Tapi kalau nggak...

SAUDARA JAHAT #3:
Kamu bukan perempuan sombong, kan?


SUPERGIRL panik. EFEK SUARA menajam. MUSIK mengiringi panjang.


SAUDARA JAHAT #3:
Jadi, mau ya?

SUPERGIRL:
Ya, boleh kok. Kapan-kapan.

SAUDARA JAHAT #3:
Asiik!


KRISIS teratasi! SUPERGIRL MANOHARA pun pergi kembali ke rumahnya.


BAYU KUSUMA NEGARA:
(berpikir) Kok tubuh SUPERGIRL mirip seperti Manohara, ya? Semoga monolog dalam hati ini tidak membuat penonton sadar bahwa artinya saya suka ngebayangin tubuhnya Manohara.

PENONTON:
Nyadar kok. Cuman syok aja dengan seleramu.

BAYU KUSUMA NEGARA:
Sial.



INT. KAMAR MANOHARA - MALAM HARI

SUPERGIRL MANOHARA masuk dan berusaha membuka topengnya. Muncullah EFEK DIGITAL yang menunjukkan bahwa topeng itu sulit dibuka. Saking sulitnya, tubuh SUPERGIRL terbanting ke kanan dan kiri membentur tembok.


SUPERGIRL:
Agar lebih realistis, sebelum terbanting ke tembok, saya ambil ancang-ancang dulu.


Tidak lupa, saat SUPERGIRL membanting--


SUPERGIRL:
TERBANTING!


Iya, iya. Saat SUPERGIRL "terbanting", tubuhnya berubah menjadi stunt-in cowok kurus.


INT. RUANG KELUARGA MANOHARA - MALAM HARI


SAUDARA JAHAT #1:
Ribut-ribut apa itu?


SEMUA ORANG naik ke lantai dua dan menggedor-gedor kamar MANOHARA.

SUPERGIRL MANOHARA masih berusaha mencabut topengnya sambil ambil ancang-ancang untuk "terbanting".


SUPERGIRL:
Gak usah pake tanda kutip!


SAUDARA JAHAT #2 mendobrak pintu dan...

ADEGAN melambat. EFEK SUARA menajam. MUSIK mengiringi panjang. KRISIS ketiga tokoh utama!

MANOHARA sudah berganti pakaian dan sepatu.


MANOHARA:
Ada apa, ya?


KRISIS teratasi!


EXT. HALAMAN RUMAH MANOHARA - PAGI HARI

MANOHARA membaca koran yang baru datang.


MANOHARA:
Logo ini... persis dengan tato orang yang menculik Papa!


MANOHARA yang kalut, memutuskan untuk mencoba apakah ia masih memiliki kekuatan super saat tidak mengenakan baju sakti.

Tanpa alasan yang jelas, ternyata bisa. Tentunya, kemampuan ini ia langsung gunakan untuk... menyapu halaman.


MANOHARA:
Horee, beres!


MANOHARA pun melangkah mundur dengan bangga, tidak sadar bahwa ia akan menabrak BAYU KUSUMA NEGARA yang sedang berjalan ke arah MANOHARA dan memang hobi menabrak orang-orang yang berjalan mundur.


BAYU KUSUMA NEGARA:
Untunglah saya punya kemampuan menangkap orang yang saya tabrak agar langsung jatuh ke pangkuan dalam adegan lambat.

SAUDARA JAHAT #3:
Gue dendam.



INT. PERUSAHAAN TOKOH JAHAT - SIANG HARI

MANOHARA celingak-celinguk di depan meja penerima tamu perusahaan dengan berlogo pistol.


PETUGAS KEAMANAN BERPAKAIAN PREMAN:
MAU APA!

MANOHARA:
Maaf, saya mencari orang yang di tangannya ada tato logo perusahaan ini. Dia menculik Papa saya.

PETUGAS KEAMANAN BERPAKAIAN PREMAN:
Ah, itu hanya kebetulan saja.



EXT. TEMPAT PARKIR PERUSAHAAN TOKOH JAHAT

MANOHARA yang tidak puas tetap berusaha menyelidik. Ia berjalan ke belakang sebuah mobil yang diparkir dan berganti kostum menjadi SUPERGIRL!

Memang dari sisi kamera tidak kelihatan, tapi bagian belakang mobil itu sebenarnya jalan raya.


SUPERGIRL MANOHARA:
Diam!


SUPERGIRL pun meloncat ke atas gedung untuk menguping pembicaraan BOS JAHAT. Karena tentunya dari ratusan ruangan di gedung ini, mudah untuk mencari mereka; tinggal cari yang jadi lokasi syuting.


INT. RUANG RAPAT BOS JAHAT - SIANG HARI

Tampak BOS JAHAT yang mengenakan pakaian hitam-hitam dan topeng ala Bang Napi berwarna hitam sedang berbicara dengan PARA KAWANAN PENJAHAT.


BOS JAHAT:
APA? Dahlan punya anak?

KAWANAN PENJAHAT #1:
Benar, Bang Napi--eh, Mister Black! Bos!

BOS JAHAT:
Kalau gitu mari kita kabur dari sini tanpa alasan yang jelas.

KAWANAN PENJAHAT #2:
Siap Bang Nap--Bos!



EXT. JALAN RAYA CAMPUR LAYAR HIJAU - SIANG HARI

MOBIL BOS JAHAT melaju, sementara SUPERGIRL menguntit dengan cara melompati gedung-gedung. Karena tentunya, itu cara yang TIDAK AKAN MENCOLOK SAMA SEKALI.


INT. GEDUNG PARKIR BERLANTAI BANYAK - SIANG HARI


BOS JAHAT:
(menyadari dikuntit)
Tancap gas!

SUPIR:
Ini gedung parkir, Bos. Sedikit terlambat kayaknya kalau mau ngebut.


SUPERGIRL menemukan MOBIL BOS JAHAT yang diparkir dan mendekatinya.

Tiba-tiba ia terkena tembakan laser yang mengikat tubuhnya.

EFEK SUARA menajam. MUSIK mengiringi panjang. KRISIS HIDUP ATAU MATI tokoh utama!


BOS JAHAT:
Hahahahaha! Semakin kau meronta, semakin banyak tenagamu yang terisap.


Menghadapi KRISIS HIDUP ATAU MATI seperti ini, otak SUPERGIRL bergerak 100 kali lebih cepat dan langsung menemukan kesimpulan...


SUPERGIRL:
(dalam hati)
Orang ini sepertinya orang jahat.


SUPERGIRL menarik tali, sehingga ia dan BOS JAHAT sama-sama mengambil ancang-ancang dan menabrakkan diri ke tembok dalam adegan lambat.

EFEK SUARA menajam. MUSIK mengiringi panjang...

BERSAMBUNG. (Krisis teratasi!)

__________


Parodi lain (dalam lima menit):
  1. Parodi Tokusatsu (Dalam Lima Menit)

  2. Super Rangers (Dalam Lima Menit)